Bibiku adalah kasir sesuatu bank karena menikah dengan pamanku yang sekantor dianya memundurkan diri dan cuma untuk bunda rumah tangga, orangnya ayu, putih berlesung pipit dengan umur lebih kurang 27 tahunan. Dianya tinggal di rumah kakekku karena tempat tinggalnya sedang dibikin di wilayah bogor sedang suaminya (adik ayahku) ada di kos dan pulang satu minggu sekali.
Foto Cewek Bokep – Bacaan Seks Terpanas Saya dan bibiku benar-benar berteman karena dianya bisa dibuktikan seringkali bermain kerumahku saat belum memiliki keluarga dan waktu kecil seringkali tidur di kamarku bahkan juga waktu kuliah dianya lebih cukup banyak tidur dirumahku daripada di tempat kostnya. Anaknya masih tetap kecil berumur lebih kurang satu tahun.
Sesuatu pagi saya terkejut saat seorang menggugahku dengan mengusung satu gelas teh hangat, “Bangun…. Malas sangat kalian di sini umumnya kan sudah nyiramin taneman sama nyuci mobil”
“Malas ah, berlibur masak suruh kerja juga….”
“Lha masak kakekmu yang sudah tua itu suruh nyiramin bunga sendiri dan mobilku siapakah yang nyuci…”
“Kan ada bi ijah ”
“Bi ijah kembali sakit dianya tidak sempet…, bangun bangun ah malas ya” dicubitnya pinggangku
“Sudah sudah geli ampun….” Kataku bangun sekalian menggerakkan wajahnya.
Kakekku pulang dari jalan paginya dan asyik terlibat perbincangan dengan temannya di ruang tamu. Saya selanjutnya bergerak ke kamar mandi baru buka pakaian bibiku mengetok pintu “Rik mandinya di sungai sekaligus temanin saya nyuci, kembali mati lampu nih….. andi agar dijaga kakek”
“Ya siap boss…” ku membuka pintu dan mengusung cucian se-ember besar ke belakang rumah, bibiku meng ikutiku sekalian mengusung handuk, baju mengganti dan sabun bersihkan. Ada di belakang rumah ada jalan kecil yang menembus ke sungai di tepi daerah sungai itu dahulu benar-benar ramai oleh warga yang mandi alias membersihkan tetapi sekarang sudah jarang-jarang yang menggunakan, cuma kadang-kadang mereka mandi disungai.
“Sana ada di belakang batu itu saja, tempatnya dingin enak…” ada di belakang batu itu ada tuntunan kecil dan batu-batuan gepeng di sekitarnya beberapa tumbuhan lebat itu kami berniat membersihkan..kenyataannya sudah ada seorang wanita usia muda yang mandi kenakan kain batik kenyataannya wulan tetangga samping rumahku
“eh rik tumben ingin ke sungai….” Ucapnya ramah
“Ya nih di paksakan bos… ”
“Wah kalah lebih dulu nih, nyuci kalian wul ”
“Saya dah dari barusan.. kalau listips mati begini baru pada ke kali, kalau tidak baju bayiku siapa kapan keringnya”
ucapnya sekalian keluar sungai dan ambil handuk di pinggir sungai.
Selendang batik itu membuat lekuk badannya pada tahapan depan berkesan secara jelas sembulan 2 buah dada yang besar sekali, sedang ditengah-tengah leher putihya ada sesuatu kalung tipis yang membuat dianya berkesan ramping, dia selanjutnya membelakangi kami dan melepaskan selendang itu selanjutnya menyekakan handuk ke sekujur badannya.
Kontan saja saya terkejut melihat panorama itu, mesikipun membelakangiku tetapi saya secara jelas bisa melihat semua badan putihnya itu tanpa satu helai benangpun, pantatnya yang berisi telihat terang sehabis dianya menyeka badannya sekarang ini dia mulai mencuci rambutnya yang panjang menjadi semua tubunya dapat kusaksikan, saat saya membasahi cucian selanjutnya duduk
“Kapan kalian ke sini rik..”sekalian memiringkan badannya karuan saja tetek gedhenya berkesan, saya terkejut dengan pertanyaannya.
“Apa wul saya kembali tidak konsen..” dia mengalihkan tubuh kearahku
“Ati-ati disungai jangan ngelamun, kalian kapan tiba..”
“Oh saya baru tempo hari..” kataku sekalian mencelupkan baju-baju ke air sedang mataku tentu saja ke arah ke-2 teteknya yang tanpa menyengaja dipertunjukkan,.
Bibiku bergerak menjauhi dari kami, cari tempat untuk membuang air karena dari barusan dianya kepingin beol.
“Anakmu usia berapakah teh.. kok tidak dibawa ” kataku
“Masih satu tahun 1/2, barusan sama adikku menjadi saya tinggal nyuci” sehabis rambutnya cukup kering dia selanjutnya memasangkan
handuknya dipinggangnya dan mengubah badannya tangan kanannya tutupi coba tutupi teteknya yang memiliki wah itu mesikipun pada akhirnya yang ditutupi hanya ke-2 putingnya sedang tangan kirinya cari celana dalam di atas batu itu sehabis temukannya, dianya selanjutnya mengubah tubuhnya dan meningkatkan handuknya, celana dalam
warna putih itu berkesan cukup tipis dan seksi di pinggir-pinggirnya ada bordir kecil memiliki motif bunga.
“Anakmu siapa namanya…?”
“Intan.. cantikkan ” dia kembali, baju dalam tipis sudah tutupi memek dan pinggangnya itu sesaat dianya melihatku dan selanjutnya melepas tangan kanannya dari teteknya sejenisnya dianya santai memberikan teteknya padaku karena dari barusan saya berpura-pura cuek dan berpura-pura membasuhi pakaian kotor walau sebenarnya adikku sejak dari barusan resah.
Dia selanjutnya duduk dan mencuci selendang batiknya
“Elok sich namanya.. tetapi belum saksikan mukanya secantik emaknya tidak ya..”
“Ya tentu.. emaknya saja elok anaknya turut dong “ucapnya angkuh, kusiramkan air ke arahnya selekasnya dia berdiri dan
membalasnya siramanku
“Maaf salah bikin kewajiban, maknya saja buruk apalagi anaknya…” kami juga pada akhirnya sama-sama menyiraminya air sehabis beragam saat dianya kerepotan meredam gempuranku.
“Ampun ampun…” ucapnya sekalian tertawa cengengesan, aku juga hentikan gempuranku tetapi selanjutnya dianya justru berdiri ambil ember dan mendekatiku menyiramiku menjadi semua bajuku basah kuyup, saya terkejut dan reflek ambil ember ditangannya dianya selanjutnya mengubah tubuh untuk menghindari darinya, tanpa sadar badanku merengkuhnya dan satu tanganku ada di dadanya yang terbuka. Pada akhirnya saya dapat raih ember itu, dia berusaha melepas dari pelukanku tetapi sia sia saya sudah siap, ku mengambil air dan menempatkanya di atas kepalanyaa
” Ampun ri,, saya dah mandi.. awas lo nanti tidak bilangin kakekmu ” saya tetap menggenggam tubuhnya dan memberikan ancaman, pada akhirnya dia kembali dan dengan bebas saya menyirami ke sekujurtubuhnya selanjutnya tanganku mengelus elus badannya
“nih saya mandiin kembali hehehhe,……” sekujur badannya basah termasuk celana dalamnya menjadi isi didalamnya kabur
kabur berkesan, kami ketawa geli dicubitnya pinggangku sampai cukup lama “aduh ampun sakit “kataku sekalian hebat
tangannya, untuk beragam saat kami sama-sama melihat sekalian ketawa geli, kami selanjutnya ke pinggir sungai untuk
ambil handuk, dia selanjutnya mengusap lagi air ditubuhnya sementara saya sekalian duduk disebelahnya sambil
mengusap air di kepalaku.
Mukanya terlihat cemberut di usapkannya handuk ke muka dan rambutnya selanjutnya mulai turun ke 2 buah dadanya selanjutnya turun ke perutnya yang kecil selanjutnya turun ke selangkangannya selanjutnya dianya menunduk dan mengusap kakinya, selanjutnya melempar handuknya yang basah ke mukaku, saya selanjutnya menggunakan handuknya itu untuk menyeka muka (cukup wewangian badannya masih tetap menempel nih) saya selanjutnya kembalikan kepadanya. Di ikatkannya handuk itu di pinggang selanjutnya duduk pas di depanku dan di turunkannya celana dalamnya, karena ikatannya tidak kurang kuat sehabis celana dalamnya sukses lewat kaki cantiknya handuk itu juga turut terbuka menjadi isi selangkanganya terpajang di depanku.
“Eit…” ucapnya sekalian tangan kanannya tutupi memeknya, saya tersenyum
“Terlihat nih ye…” kataku sekalian mengalihkan muka, kakinya menyepak badanku, selanjutnya di usapkannya handuk
itu ke tengah selakangannya yang masih tetap cukup basah karena kenakan celana dalam basah. Saya selanjutnya melihat lagi kearahnya kelihatannya dianya merasa santai saja mengenali memeknya disaksikan saya, disekakannya ke rambut-rambut pubis minimnya selanjutnya dia menyeka bibir-bibir coklatnya bawahnya yang masih tetap kuat sekalian
tersenyum sendiri
“Awas dapat edan lho tersenyum sendiri…” dia hentikan usapannya sekalian membenarkan tempatnya
“Dia kalau semakin lama deket sama kalian dapat edan …” ucapnya sekalian berdiri
“Eh, wewangian …” sekalian kututup hidungku yang pas ada dimuka memeknya
“Segar kembali coba cium, ucapnya sekalian luar biasa mukaku dan melekatkannya pada memeknya yang sudah tertutupi salah
satu tangannya. Tanganku ambil tangan yang tutupinya
“Rambutnya kok tidak rapi tidak sebelumnya sempat dicukur ya,,,,” kubelai rambut bawahnya selanjutnya bergerak buka ke-2
bibir bawahnya “Dah punyai anak masih tetap kencang saja nih kulit..” kataku sekalian megelus elus memeknya dengan handuk
sementara dianya membalut badannya dengan handuk menjadi kepalaku ada didalamnya.
Saya terkejut dan buka handuk sekalian cari bibiku takut kedapatan, kepala bibiku terlihat masih tetap berada di belakang batu
besar selain sungai itu kembali asyik buang hajat..
“Berani cium tidak 5 Ribu deh… ” dibukanya lagi handuknya sekalian tersenyum melawan, memeknya terlihat demikian
menggairkan
“Tidak ah wewangian tuch.. tambah dech 10 ” kataku cengengesan
“Deal…” Ucapnya sekalian duduk jongok Mukaku kumajukan agar dapat mencium memeknya, perlahan-lahan kubuka bibirnya dan ku elus elus semua memeknya sekalian berpura-pura tutup hidung seperti ingin minum jamu. Selanjutnya ku membuka mulut dan mulai keluarkan lidah, wulan terlihat melihat kesekeliling selanjutnya saya mulai menjilat dengan perlahan ke paha kanan selanjutnya kiri dan pada akhirnya menjilat-jilati memeknya dia terlihat mengeluh geli,
“Ih…” ucapnya perlahan, lidahku yang masih tetap melekat selanjutnya kumasukkan kedalam memeknya dan menggerakkan putar menjadi dia tambah geli. Sehabis tidak kurang lebih 5 detik ku ambil mukaku
“Memek lo wewangian ya… mana 10 ribunya..?” dia tutupi memeknya lagi dengan handuk dan berdiri
“Nanti ya di rumah, mang saya membawa dompet apa? daa…” sumpret belum senang ngotak-atik mesin bmw (bulu memek wanita) dia sudah pergi, yah pada akhirnya saya cuma dapat kembali swalayan sekalian melihat dia berakhir,
bibiku pada akhirnya menuntaskan BAB nya saya masih tetap merendam bermain bermain di sungai sekalian kembalikan tenaga sehabis swalayan. Kami selanjutnya asyik membersihkan sekalian bercakap seru-seruan, bibi membersihkan sedang saya mencucinya, kadang-kadang kami sama-sama menyiraminya air menjadi pakaian kami basah semua pada akhirnya pakaian yang kami usai semua saya mulai buka semua bajuku menjadi cuma tersisa celana kolorku saja, sedangkan bibiku yang dari barusan bertemu denganku geser duduknya ke samping, selanjutnya meningkatkan dasternya selanjutnya celana dalam putih perlahan-lahan turun dari pahanya mulus bibiku selanjutnya dianya menghadap lagi padaku dengan posisi kaki lebih rapat, tidak seperti barusan di mana terkadang saya dapat melihat celana dalamnya.
“Ih celana dalamnya dah pada berlubang nih…” kuangkat celana dalamnya, bibiku selekasnya menyikatnya
“Mana? Masih tetap baru nih..” ucapnya sekalian melemparnya kepadaku. Dianya selanjutnya turunkan dasternya dan melepas kutang dari tempatnya dan selanjutnya meningkatkan lagi dasternya, tanpa segaja dianya buka kakinya menjadi bulu bulu tipis samar-samar berkesan antara pahanya berkesan terang dimukaku, dianya merunduk membersihkan bhnya menjadi teteknya menyembul antara belahan dasternya,
“Sini kolormu dicuci sekaligus…” saya bengong dengarnya,
“Lepas sekaligus gih kolormu.. ”
“Wah tidak membawa celana dalam bi….” Bibiku tidak menjawab dan menggenggam kolorku, pada akhirnya saya berdiri dan buka
perlahan-lahan kolorku menjadi adikku memperlihatkan diri.
“Lho dah sunat to kalian ?” dilihatnya burungku yang masih tetap imut-imut plus rambut yang baru pada keluar, ku pegang
burungku sekalian melihat kaki bibi yang sedikit terbuka.
“Dah lama ya kami tidak mandi bareng…” dia tersenyum
“Dia dahulu waktu masih tetap SD kalian cuma ingin mandi bersama saya mang mengapa sich ?”
“Ya milih yang elok dong, masak sama mak ijah kan dah pada kerutan semua,…” dia selanjutnya buka dasternya
hingga semua badannya terbuka dan geser duduknya ke samping.
“Sana simpan di tepi ”
saya selanjutnya menempatkan cucian selanjutnya lagi ke tempatnya. Teteknya yang bersih dan putih mesikipun tidak sebesar punyai wulan berkesan masih sama seperti dahulu, badannya yang putih sintal dan rambut yang terurai membuat semuanya orang tentu mengaku dianya wanita ayu.
“Ssst saksikan memeknya dong bi…” dia melengos dan tutupi pangkal pahanya dengan tangan, saya luar biasa tangannya berkesan rambut-rambut tipis ada di tengah
“Hiii… bulu-bulunya habis dicukur ya…” dia tersenyum geli, dia selanjutnya geser duduknya sehingga pas dimukaku
“Kok tahu…. kece kan” dibelai nya rambut pubis itu senang
“Ya tahu lah… dahulu kan lebih tebal dari ini….mang napa dicukur”
“Tidak kembali ingin saja … kalau ingin dateng bulan saya biasa potong, kalau tidak tidak cabut pakai lilin, kalau rapi kan sehat….”
Kakinya yang rapat membuat saya cuma kebagian melihat rambutnya saja.
“Lihatin donk….” Kataku sekalian mengelus elus pahanya tangannya menghela tanganku dari pahanya tetapi selanjutnya saya mengelusnya lagi sehabis itu dianya melihat tajam kepadaku, perlahan-lahan tanganku sukses geser satu kakinya menjadi memeknya sedikit berkesan.
“Wah masih sama kaya dahulu ya.. mesikipun dah punyai anak masih tetap berkesan kencang punyamu” dia tersenyum dengar
bualanku dan biarkan saya melihat semua isi memeknya, tanganku mulai membelai memeknya perlahan selanjutnya
menyeka-usapnya
“Jangan nakal ah.. geli..” saya tetap mengelus elusnya
“Mandi sana.” Tangannya menggerakkan mukaku menjadi saya jatuh, dianya selanjutnya berjalan mengarah air lebih dalam selanjutnya berenang renang kecil
“Ri ambilin sabun donk…” saya duduk dekatinya dan mengacung sabun, diambilnya tanganku menjadi saya jatuh
ia tersenyum saya selanjutnya membalasnya dengan menyiraminya air kemukanya sehabis beragam waktu bergurau dalam air dia selanjutnya naik ke sesuatu batu untuk bersihkan diri sabun. Dengan menghadap kepadaku dia mulai
menempatkan sabunnya dileher tingkatannya, perlahan-lahan turun ke teteknya, selanjutnya ke tangan dan kakinya dan berahir
pada memeknya sehabis itu dianya selanjutnya menggosok tubuhnya untuk mempertidak sedikit busa. Saya keluar air dan duduk di sebelahnya dianya secara langsung menggosokannya sabun kesemua badanku di muka sampai ke kaki, dengan rileks dia
menggosokannya sabun pada penisku.
“Dah besar kalian ri, burungmu dah ada rambutnya..”
“Ya dong masak ingin kecil terus…” dia selanjutnya mengubah tubuhnya dan berdiri sekalian mintaku menggosok punggung dan pantatnya yang masih belum terkena sabun, waktu mengosok pantatnya perlahan-lahan tanganku ku senggolkan ke memeknya kelihatannya dianya cuek saja secara terus asyik menggosok badannya dengan sabun, saya mulai membulatkan tekad
mengelus dari belakang ke-2 payudaranya. Dia mengubah tubuh, biarkan saya mengelus elus payudaranya dan
semua badannya sementara dianya mengelus kakiku dan kadang-kadang mengelus penisku.
Dia selanjutnya terduduk, seperti umumnya kalau mandi dianya teratur termenung beragam waktu biarkan sabun menyerap ditubuhnya. Saya yang masih tetap berdiri dimukanya penis pas di wajahnya, dia selanjutnya memain-mainkan penis itu,
“Di bersihkan dong ri burungnya, nih masih tetap ada kotorannya” ucapnya sekalian mengelus penisku mesra saya cuma diam kenikmatan. Selanjutnya dianya tiduran di atas batu, saya duduk selain kakinya sekalian mengelus memeknya dan menyiraminya air menjadi semua memeknya terlihat.
“Dah jangan bermain itu terus ah geli …” dia tersenyum menutupkan kakinya saya selanjutnya luar biasa kakinya menjadi sekarang ini badanku ada di kakinya. tanganku mulai menggosoki kembali ini hari jariku segera masuk ke memeknya, dianya bangun
“Geli ah li.. “tanganku ini hari sukses ditendangnya, tanpa sadar dianya mulai melihat burungku yang mulai tumbuh dan
menggantung
“Burungmu dah bisa mulai berdiri ri…” dielusnya burungku perlahan mesra, terus lama burungku semakin besar karena tidak kuat akan elusannya.
“Kamu dah sebelumnya sempat ngimpi basah ya.. ” saya menggangguk selanjutnya
” Bi.. kalian tidak kembali mens kan?” dia tersenyum selanjutnya mengajarkan tanganku pada dadanya
“Sini bibi ajarin ngelonin cewek…” saya meng ikuti saja tuntunan tangannya mengelus perlahan teteknya selanjutnya memelintir
putingnya
“yang mesra dong ri anggep saja saya cewekmu ” dianya selanjutnya mencium pipiku dan menggerakkan mukaku ke teteknya,
saya ciumi semua tahapan teteknya selanjutnya mengisap perlahan putingnya, ada air keluar susunya saya semakin keras
mengisapnya sementara bibi menyeka kepalaku sekalian merem menikmatinya. Selanjutnya saya menjilat-jilati perut dan turun ke rambut memeknya, ke paha selanjutnya menengelamkan mukaku ke memeknya, tapi tangan bibiku menghambatnya
“Kamu tidak papah ri?” ucapnya perlahan “Tidak papah bi, sekaligus buat pengalaman”
dia selanjutnya menyiraminya air ke memeknya sehabis itu kucium dan kujilati memeknya beragam saat, sedangkan tanganku dituntun untuk selalu mengelus dadanya. dianya ternyata terangsang dengan jilatanku, erangan-erangan kecil
dan penekanan tangannya pada rambutku menyaratkan dianya sudah mulai terangsang. Merasa cukup ku stop jilatanku
selanjutnya duduk di depannya dianya selanjutnya terbuka sekalian mengelus dan putar mutan burungku
“Sedap kan…?” katanya manja, saya selanjutnya berdiri, penisku pas ada di wajahnya, beragam saat dianya diam selanjutnya dia tutup mata dan mencium penisku
“Kalau jijik tidak perlu di emut …” dia melepas wajahnya dan mengocak lagi dengan tangannya.
Dia selanjutnya duduk di atas batu sekalian mengangkan minta saya masukkan penis ke memeknya
” Di gesek saja ya, jangan ditempatkan.. punyai pamanmu nih..” saya selanjutnya menggesekkan penis ke memeknya sementara tanganku memikat teteknya.
“Bi sekaligus masukkin ya.. agar ngajarinnya lengkap..” ku masukan tanganku ke memeknya,
“Jangan sama kekasihmu saja, kasihan perjakamu…” saya selanjutnya coba memasukkan pada memeknya 2x coba kenyataannya penisku belum bisa menembus , bibiku tersenyum geli
“Tuch kan tidak dapat, sini…” diambilnya penisku, di elus selanjutnya ditempatkan saat memeknya, rasanya sempit sekali memeknya, baru 1/2 penis masuk bibiku keluarkan lagi
“Susah kan… karena itu perlahan-lahan” dia masukkan lagi, ini hari lebih dalam, dia kembali luar biasa badannya hingga
penisku lepas. Tanganya terlepas dari penisku, tanganku yang ingin arahkan penisku di ambilnya mengisyaratkan dianya ingin saya masukkan tanpa kontribusi.
2x coba tidak sukses kembali pada akhirnya bibiku yang lebih memajukan memeknya, sekali maju masuk langsung,
“uh…. Sedap bi …” dia selanjutnya menggoyang pinggulnya memberbagi penekanan masuk keluar pada penisku, saya merem terbuka meredam sedap sekalian menolongnya mengelus badannya,
“Mari tahapmu…” dia selanjutnya pasif biarkan saya meperbuat kemauanku ku. Saya masukan sampai semua penisku masuk selanjutnya bergerak perlahan terus lama terus cepat menggoyang mundur-maju.
“Kece ri.. mari.. ah…. ah… terus sayang….” saya menurutinya beragam saat dianya minta saya menukar posisi sekarang ini dianya menungging di depanku dengan cepat kumasukkan penisku berulang kali
‘oh yes … sedap bi… enak….” Lima menit selanjutnya dia mintaku duduk dianya berdiri di depanku memeknya kuciumi
sesaat selanjutnya dianya menempati kakiku,
“mari saya dah ingin nyampe… kalian ingin nemenin kan…” dianya selanjutnya masukkan memeknya dan bergerak naik turun sementara muka dan tanganku menggenggam teteknya
“bii…. Jangan cepat-cepet saya tidak kuat nanti…”
“Mari sayang … bibi tidak lama nantinya..” saya melepaskan tangan dari susunya dan fokus meredam goyangan maut memek
“uh.. ah… ” berganti-gantian kami mengatakannya
“Setop bi… saya ingin keluar …” aliran-aliran listips seolah menyebar ditubuhku.. bibi melepas memeknya, selanjutnya mengocak penisku dalam perhitungan ke-5 air maniku betul-betul keluar “crot,,,,” ke arah pada badannya.. Saya lemas sekalian mengisap tetek bibiku saya atur napas sehabis berhasil meraih pucuk
“Wiih sedap sekali bi…. Yes……” kataku perlahan, dia tersenyum dan mencium pipiku sekalian mengelus-elus teteknya, sehabis beragam istirahat bibiku tuangkan air ke mukaku
“sudah mandi yuk…” saya luar biasa tangannya
“Terima kasih ya bi… maaf kelewatan” dia tersenyum
“Mari tidak tolong nyampe pucuk..” kataku sekalian mengelus memeknya, saya selanjutnya mencium tetek selanjutnya memeknya, saya selanjutnya masukkan jariku pada memeknya dia merem terbuka selanjutnya saya masukkan berulang-kali dan mengelitik memeknya, dia sangat terangsang.
Tangannya menggenggam penisku yang sudah tidak kuat kembali selanjutnya arahkan wajahnya pada penisku, terus lama goyangan tangan ku semakin kuat, sampai pada akhirnya bibiku mengeluh ngerang selanjutnya masukkan penis pada mulutnya.. dia menggeliat dan ahirnya dianya berteriah “uhhhhhhh,,,,,,” dilepaskan penisku dan bergulir di batu itu, ku belai rambutnya temani menuruni pucuk kepuasan.
Selanjutnya kami berdua masuk kembali lagi ke air bersihkan tersisa sabun
” Jangan diulangi ya… sekali saja ” ucapnya sekalian mencubit paha depanku
“Ya dech bi,, kalau kuat ya.. tetapi kalau saksikan badan bahenol ini sepertinya saya tidak kuat” kucium tengkuk bibi sekalian mengelusnya, dianya membalasnya
“Janji ya, jangan goda saya lagi…” saya diam sekalian merengkuhnya..
Comments are closed.