Sekalian tutup sebuah payudaranya dengan telapak tangan kiri, dan telapak tangan lainnya tutup kemaluannya. Dan payudara yang satunya tetap menggantung dengan bebasnya. Saya sebelumnya sempat memakan panorama yang jarang ada ini. “Ada apakah Dik Agus?” tanyanya dengan suara halus. “Anu Mbak, tidak. Saksikan celana pendek saya tidak, Mbak..” “Baru dicuci. Ditumpukan itu mungkin, coba dicari sendiri Dik Agus,” jawabannya sekalian memperlihatkan onggokan cucian. Sementara saya mengaduk-aduk cucian, dia keringkan rambutnya dengan handuk. Sudah pasti payudara dan kemaluannya, meskipun dari samping, cukup terang kelihatan olehku.
Cersex Bersambung – Awalnya saya cukup tidak sedap, tapi karena Mbak Is berlaku cuek, karena itu aku juga nekad melihat langsung pamandangan itu secara berani. “Badan Mbak Is, masih singset ya,” pujiku mesra. “Ah, Dik Agus dapat saja,” ucapnya dengan tenang, tapi selanjutnya dia tersentak, “Eh, kok liat-liat Mbak, kan saru,” bisik Mbak Is membubarkan lamunanku. “Habis, rezeki kan tidak dapat didiamkan,” kataku nyengir. “Uh, dasar..” selanjutnya dia segera mamakai baju. Jam 8 malam, karena tidak ada selingan TV, dan situasi sangat sepi, saya pergi tidur. Pak Sekdes kebenaran sedang bermalam di dalam rumah istri tuanya. Lampu minyak tempel kuredupkan, dan siap-siap untuk pejamkan mata.
Mendadak ada orang masuk ke dalam kamarku. Sesudah kuamati bayang-bayang itu rupanya Mbak Is. “Dik Agus belum tidur ya,” sapanya mesra. “Belum mbak,” sahutku. “Mbak Is kedingingan nih, tidak dapat tidur,” balasnya dan duduk di pinggir tempat tidurku. “Tidur di sini saja Mbak,” ajakku penuh birahi. “Tidak apapun nih,” balasnya dengan senyuman memikat. “Tidak,” bisikku. “Tetapi jangan beberapa macam ya,” ucapnya sekalian ketawa genit. Kugeser badanku ke kanan memberi ruangan untuk Mbak Is tiduran di sampingku. Mulutku terkunci kembali, karena pergolakan yang luar biasa kacau dalam dada ini saat dia merebahkan badannya di sampingku.
Berbau parfumnya membuatku makin naik-turun. “Dik Agus pernah menyaksikan wanita telanjang tidak,” pada akhirnya Mbak Is buka pembicaraan. “Belum, jika beberapa anak kerap, eh tujuan saya baru saja sekali, saksikan Mbak barusan..” “Apa Mbak masih singset sich?, khan Dik Agus katakan demikian barusan,” tanyanya manja.”Iya benar Mbak, benar, seperti dilukis porno saja,” jawabku. “Dik Agus punyai photo begituan.” “Punyai, sesaat ya saya ambilkan..” Kuambil majalah warna kelompok triple X, kubesarkan lampu minyak pada dinding. “Dik Agus dapat darimanakah majalah ini,” sekalian terima majalah yang kuberikan. “Horor..” komentarnya, tetapi matanya terus melihat gambar orang sedang senggama. Pada gambar lain terlihat episode 69, di mana sama-sama menjilat-jilati kemaluan rivalnya. “Mbak sebelumnya pernah ngisep barangnya Bapak, tidak,” tanyaku secara berani. “Ah, Dik Agus ada saja, jijik ah,” jawabannya berpura-pura malu.
“Sedap Mbak, seperti ngisep kemaluan, khan sedap,” kataku kembali memberikan keyakinan.”Memang Dik Agus sebelumnya pernah?” sekalian melihat mukaku dalam-dalam, jadikan saya gelagapan. “Belum, narasi beberapa teman saya yang telah kawin. Mbak ingin disun kemaluannya,” pancingku nakal. “Ah Dik Agus ini ada saja, malu ah,” Sekalian tangannya singkirkan tangan saya yang telah melingkar di perutnya. Tetapi tanganku merengkuh lagi badannya, ini kali cukup ke atas dekat sama buah dadanya. “Memang Bapak tidak pernah ngesun barangnya Mbak?” tanyaku. “Ah, Bapak kan telah tua, tidak mau yang macem-macem,” percakapan yang makin mengarah ini jadikan kemaluanku semakin mengeras, hingga celanaku berasa makin sempit. Saya terus cari akal supaya malam itu tidak kebuang percuma.
Belum saya temukan triknya, mendadak dia tarik tanganku ke atas hingga sentuh buah dadanya yang montok. Saya selekasnya bereaksi dan mulai mengelus-elus buah dadanya. Kusaksikan mukanya telah berbeda, napasnya mengincar, kusingkap gaun tidurnya ke atas, dan dia biarkan bahkan juga melepaskannya sendiri. Dan melepaskan BH-nya, hingga buah dada montoknya yang siang tadi kusaksikan, sekarang dapat kusentuh, kuelus-elus dan kupencet-pencet kekenyalan buah dadanya.Mbak Is tiduran lagi, bibirnya menyongsong secara hangat saat kucium Mbak Is. Sekalian berciuman tanganku bergerilya, sampai disekitaran kamaluannya. Kuelus pahanya dan pada akhirnya kemaluannya di luar celana dalamnya. Mbak Is makin liar permainkan bibirnya dan lidahnya, melumat habis bibirku. Kuselipkan jariku melalui samping celana dalamnya raih lubang senggamanya, rupanya telah basah kuyup. Bersama dengan itu, dia capai juga kemaluanku.
Kubantu buka celanaku dan semuanya yang melekat di bajuku. Dengan kuat dia terus menggenggam kemaluanku, seolah telah jadikan haknya dan tidak mau melepasnya. Sementara saya terus mencium semua permukaan kulitnya. Sampai di bukit kembarnya, kuisap, kusedot dan kujilati pucuknya sampai membuat makin mengincar napasnya. Demikian kuteruskan jelajahanku ke bawah lepaslah pegangan di kemaluanku, sampai dipusar dan langsung ke bawah sampai juga di selangkangannya. Kulebarkan pahanya, tapi ia meredamnya.”Jangan ah, malu,” sekalian rapatkan pahanya dan tutupi kemaluannya dengan tangannya.Saya terus menciumi pahanya, menjilat-jilati dan mengecupnya. Lama- lama semakin ke pahanya.
Mbak Is mulai mengendorkan kakinya, kubuka perlahan-lahan pahanya. Perlahan-lahan juga dia ingin membuka. Hingga kemudian ikhlas mengangkangkan pahanya dengan lebar, hingga membuatku memiliki ruangan yang terang untuk melihat pamandangan yang menghidupkan gairahku tersebut. Selekasnya kusergap sisi yang disembunyikan wanita tersebut. Demikian lidahku kupermainkan di bibir kemaluannya samping atas. Dia selekasnya menjerit histeris sekalian menjambaki rambutku. Pinggulnya ia angkat tinggi- tinggi, pergerakannya makin liar sekalian mulutnya meneriakkan suara yag tidak terang. Kemaluannya makin basah saja, bersatu dengan ludahku untuk memberi kehangatan pada lubang senggamanya. Beberap menit selanjutnya dia sampai pada pucuk yang paling tinggi, dibarengi lengkingan yang ketahan karena mukanya tertutupi bantal. Badannya menegang dan pinggulnya diangkatnya tinggi-tinggi.
Beberapa menit selanjutnya terkulailah ia. Seterusnya kuambil posisi, kuarahkan kejantananku pada lubang kemaluan, dalam tubuh yang lesu tersebut. Mbak Is diam saja, cuma sesekali menciumiku. Saya masukan tangkai kemaluanku pada lubang senggamanya yang basah kuyup hingga licin hebat. Mbak Is diam saja saat kugenjot secara cepat hingga buah dadanya tergoncang ke sana kesini. Mbak Is mulai rasakan kepuasan kembali, lama-lama dahinya semakin dikernyitkan tanda birahinya mulai naik. Tapi lahar yang telah lama kubendung terburu keluar, selekasnya kutarik. Mbak Is, awalnya meredam pantatku, supaya kemaluanku masih tetap terselit di lipatan kemaluannya. Tapi karena tenaganya telah habis, lepas kemaluannya dan kukocok secara cepat hingga muncratlah di atas perutnya yang cantik. Mbak Is dengan kagum melihat kejadian muncratnya spermaku. Lantas tersenyum manis. “Kok tidak dikelaurin dalam,” tanyanya.
“Kelak kamu hamil,” jawabku mesra. “Paling Bapak tidak tahu jika itu anakmu,” jawabannya dengan mudah. Semenjak waktu itu saya menjadi jarang-jarang pulang, saat hari Sabtu dan Minggu kupergunakan mencuri-curi waktu supaya bisa bermain dengannya. Apalagi jika sedang sepi. Contohnya tidak ada cukup waktu untuk lakukan senggama, karena itu dia saya suruh saja mengocak sampai keluar. Semenjak itu kelihatannya Mbak Is makin cerah saja. Sampai usai waktu KKN-ku, saya kurang lakukan senggama secara prima sekitar 8x. Tidak ada seorangpun yang mengetahui dan berprasangka buruk. Dan rupanya ini bawa karunia lain, yang paling mencolok ialah langkah Mbak Is saat layani suaminya yang kelihatannya terlalu berlebih Desahan mangerku.. Peristiwa ini berjalan sekian tahun lalu, saat itu saya dipindah oleh management ke Bandung untuk pimpin kantor cabang Bank di Bandung.
Sesuatu hari, sore sekitaran jam 18.00 WIB mendekati malam saat sebelum pulang, saya bercakap dengan operational manajer saya di ruang saya. Di dalam kantor tinggal kami berdua, office boy dan beberapa pemasaran telah izin pulang. Saya berdiri dengan tubuh mendekat di tubuhnya yang duduk di atas bangku sekalian saya melihat ke jalan di luar. Karena sangat dekatnya tidak berasa kemaluan saya melekat ke lengan kanannya. Saya sesaat terheran akan apa yang terjadi, tapi ia keliatannya sukai dan cuek saja sekalian sedikit senyuman dikulum. Sedikit saya deskripsikan operational manajer saya yang seksi ini, saya tidak mengatakan siapa namanya, saya tidak mau ia jadi malu karena hingga kini kami tetap terkait baik.
Mukanya cukup elok, manis dengan senyuman yang memikat, ia bertubuh yang imut dengan rambut sebahu, kulitnya putih sekali karena ia orang Chinese, buah dadanya tidak demikian besar tetapi benar-benar padat, bibirnya benar-benar sensual. Mendadak tangannya menggenggam jari-jari tangan kanan saya lantas menyekanya perlahan-lahan, lantas saya melihat muka cantiknya, ia tersenyum. Saya ingin sekali merengkuh badan imutnya. Dengan perlahan-lahan saya turunkan muka saya ke wajahnya, saya sentuh bibir seksinya, saya cium secara halus, dengan penuh hati, lantas ia balas dengan melumat bibir saya dengan kuluman lidahnya yang menarik sekalian menarik dasi saya agar semakin mendekat ke tubuhnya. Tangan sayapun mulai turun menyeka-usap buah dadanya, tangannya juga tidak ingin kalah, tangkai kemaluan saya diseka-usap dan diurut-urut secara halus di luar pantalon saya. Saat sebelum saya lebih bergairah, saya kunci pintu, saya ingin take safe. Saya segera merengkuh dan menciumi semua muka dan lehernya demikian saya kunci pintu kantor saya. Ia mendesah dan mengeluh nikmat tidak karuan. Ini yang saya gemari darinya, ia demikian expresive dan sangat nikmati kecupan dan cumbuan saya.
Dengan agresif ia buka celana saya, lantas ia duduk sekalian masukkan penis saya ke mulutnya dan mengisapnya pelan-pelan lantas menariknya lagi sekalian ke-2 bibirnya mengatupkan rapat di sekitar tangkai kemaluan saya. Oooh, berikut yang saya paling gemari dari ia, pandai sekali mengulum milik saya. saya mengetahui jika ia benar-benar menyukai saya, karena itu ia selalu memberi yang terbaik buat saya. Saya betul-betul tidak tahan. Selekasnya saya ambil tubuhnya dan saya dudukkan di meja saya, ke-2 kakinya menjuntai ke bangku.
Ia betul-betul pasrah waktu saya angkat rok mininya lantas saya ambil celana dalamnya, lantas saya lumat habis selangkangannya, “Aahh”, ia menjerit perlahan-lahan sekalian menjambak rambut saya. Kurang lebih 10 menit saya lakukan foreplay lantas saya masukan kemaluan saya ke lubang cintanya. Perlahan-lahan saya mulai menggoyang bokong saya mundur-maju, diapun menggoyang-goyangkan pinggulnya turun naik meng ikuti irama bokong saya, kaki kanannya saya angkat ke bahu saya sekalian jemari tangan kiri saya meremas-remas ke-2 buah dadanya. Lima menit selanjutnya ia percepat pergerakannya sekalian mendesah- desah, “Oohh…, Maasss…, Maass…, nikmat Maass”, desahnya.
Mendadak kaki kanannya di turunkan, selanjutnya ke-2 kakinya dilingkarkan ke belakang bokong saya, lantas ia 1/2 bangun, tangan kanannya menggenggam leher saya, dan tangan kirinya menyokong tubuhnya. Bibirnya menciumi dada saya lantas lidahnya menjilat- jilat puting dada saya. “aaghh Pak…, ooohh.., Pak…, eennaakk paakk…, uuughh”, demikianlah rintihan dan lengguhan enaknya selaras dengan maju undurnya bokong saya. Tangkai kemaluan saya berasa semakin lebih besar sesudah sekitaran 20 menit menerobos dan membedah habis kemaluannya yang merah dan menarik. Saya merasa kan jika lubang kemaluannya makin basah tetapi pijatan- pijatan dalam lubang kemaluannya makin berasa getarannya.
Lima menit selanjutnya ia bangun merengkuh badan saya kuat sekali sekalian menciumi dagu saya, bokongnya tergetar luar biasa dengan ke-2 kakinya yang makin kuat melingkar ada di belakang bokong saya. “Ougghh…, hh…, Pak…, oohh…, Paak…, saya ingin keluaar…, oooh…, oouuuggh…, maauu keluuaarrr…, sesaat lagi paak”, desahnya sekalian terus mengerang-erang kepuasan. Saya makin bernafsu dan menambahkan kecepatan maju undurnya bokong saya.
Mendadak saya merasa kan tubuhnya menegang dan menggelepar- gelepar beberapa menit, ia sedang rasakan ejakulasi, saya percepat lagi pergerakan bokong saya sekalian saya dekap ia kuat dan saya mendesah-desah dan membisikkan “Ahh…, kamu…, aagghh…, aaghh…, agghh…, kamu punyai sangat nikmat sayang”, demikian rutinitas kami jika bercinta, kami selalu sama-sama animo jika salah satunya dari kami capai pucuk kepuasan.
Tubuhnya melafalkanng lagi kuat sekalian tergetar luar biasa nikmati irama goyangan bokong saya dan dahsyatnya tangkai kemaluan saya. “aagghh…, Paak…, saya keluaarrr Paak”, teriaknya. Bersama dengan sudah capai pucuk orgasme manajer saya itu, karena itu saya pencet mati-matian tangkai kemaluan saya sampai saya rasa sentuh dinding vaginanya.
Sangat nikmat memang rasanya, saya masih tetap terus memaju undurkan bokong saya, mahfum saya termasuk pria yang perlu waktu yang lama jika bercinta. Apalagi kemaluan saya yang gagah ini. Untuk anda beberapa pembaca wanita, anda dapat memikirkan kemaluan saya seperti apakah, kemaluan saya tidak demikian panjang tetapi benar-benar keras sekali, sekitaran 14 cm berdiameter sekitaran 3,8 cm, warna coklat sedikit pink dengan kepala kemaluan bulat menarik dan mengkilap.
Banyak wanita yang kagum pada kemaluan saya. Mereka biasanya sering merasakan exited dan ingin selalu mem-blowjob-nya. Sampai sesuatu saat saya merasakan jika saya akan capai pucuk kepuasan. Saya bisikkan jika saya ingin keluarin di mulutnya.
Ia tersenyum dan mengedipkan matanya tanda sepakat. Saya merasakan benar-benar terangsang dan dipandang, lantas saya mempercepat pergerakan tangkai kemaluan saya masuk keluar lubang vaginanya yang sekarang berasa lebih sempit dan sedikit kering. Ia membisikkan kata-kata kepuasan, “Ouuugghh…, ough…, ough…, Paak…, “Pakk…, uuuhh sangat nikmat punyai bapaak…, saya ingin kelluar lagi ii Paak”, teriaknya.
Itil V3
Mendadak tubuhnya melafalkanng dan tergetar luar biasa sesaat, ternyata ia keluar untuk ke-2 kali. Saya percepat pergerakan, 2 menit selanjutnya saat saya tidak tahan kembali, saya mengeluarkan tangkai kemaluan saya dari lubang vaginanya, lantas ia segera jongkok bertimpuh dan saya mulai meremas-remas rambut dan sedikit menjambaknya saat sebelum saya ejakulasi. Lalu…, “Cret…, cret…, crettt…, crett”, saya muntahkan cairan sperma saya ke mulut seksinya.
Beberapa yang masuk ke mulutnya langsung ditelan, beberapa kembali berkenaan mata, hidung dan dagu dan turun berkenaan buah dadanya. “Ugh sangat nikmat”. Kami lantas berangkulan sekalian membisikkan kata-kata sayang, sesudah kami kenakan pakaian dan sama merasa rapi, saya antar ia pulang ke tempat tinggalnya di teritori Jl. Setia Budi sekalian sama-sama janji untuk melakukan keesokan hari.
Comments are closed.