Cerita Sex Berhubungan Di Dalam Mobil Akibat Permainan Mesum

Dimas pulang jalan kaki karena kostnya benar-benar dekat sama universitas. Sebetulnya jika temaniku ia harus putar cukup jauh dari jalan keluar yang ke arah kostnya, mungkin ia ingin menunjukkan perasaan prianya dengan temaniku ke arah tempat parkir yang kurang pencahayaan tersebut. Ia ialah rekan seangkatanku dan sebelumnya pernah terturut one night stand denganku. Orangnya sich cukup cakep dengan rambut cukup gondrong dan selalu menggunakan baju bermerek ke universitas, populer sebagai buaya universitas.

Cersex BersambungMalam itu tinggal sejumlah kendaraan saja pada tempat parkir tersebut. Kedengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Aku juga buka pintu mobil dan mohon pamit kepadanya. Saat saya tutup pintu, mendadak saya dikejuti oleh Dimas yang buka pintu samping dan turut masuk ke dalam mobilku.

 

“Eeii.. ingin ngapain kamu?” tanyaku sekalian meronta karena Dimas coba mendekapku.
“Mari donk Citra, kita kan telah lama tidak lakukan jalinan tubuh nih, saya rindu sama vagina kamu nih” ucapnya sekalian tangkap tanganku.
“Ihh.. tidak mau ah, saya lelah nih, lagian kita tetap pada tempat parkir edan!” tolakku sekalian berusaha lepas.

Karena kalah tenaga ia semakin mendesakku sampai minim ke pintu mobil dan tangan satunya sukses raih payudaraku lantas meremasnya.
“Dimas.. jangan.. tidak mmhh!” dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.

Jantungku berdetak semakin kuat, apalagi Dimas membuka kaos hitam ketatku yang tidak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke kembali BH-ku. Gairahku kepancing, perlahan-lahan rontaanku juga menurun. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit perlahan bibir bawahku memaksakanku buka mulut hingga lidahnya langsung menerobos masuk dan sapu mutlak rongga mulutku, harus lidahku ikut juga bermain-main dengan lidahnya. Napasku semakin mengincar saat ia turunkan cup BH ku dan memulai memilin-milin putingku yang kemerahan.
Terpikir kembali saat saya ML dengannya di kostnya dahulu. Sekarang saya mulai terima tindakannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalasnya kecupannya dengan penuh nafsu. Kurang lebih sesudah lima menitan kami ber-French kiss, ia melepas mulutnya dan mengusung kakiku dari jok setir membuat posisi badanku memanjang ke jok samping. Hari itu saya menggunakan bawahan berbentuk rok berbahan jeans 5 cm di atas lutut, menjadi demikian ia buka kakiku, langsung kelihatan olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.

“Kamu tambah gairahin saja Citra, saya telah tegangan tinggi nih” ucapnya sekalian menyimpan tangannya dipahaku dan memulai mengelusnya.

Saat elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya wilayah itu di luar celana dalamku hingga saya mendesah dan menggelinjang. Reaksiku membuat Dimas semakin bergairah, jari-jarinya mulai menyelusup ke tepian celana dalamku dan bergerak seperti ular di atasnya yang dengan bulu. Mataku terpedam sekalian mendesah nikmat saat jarinya sentuh klistorisku. Selanjutnya gigitan perlahan pada pahaku, saya buka mata dan menyaksikannya tundukkan tubuh menciumi pahaku. Jilatan itu terus menjalar dan makin terang maksudnya, pangkal pahaku. Ia semakin dekatkan mukanya ke situ sekalian meningkatkan dikit demi sedikit rokku.
Dan.. oohh.. rasanya seperti tersengat waktu lidahnya sentuh bibir vaginaku, tangan kanannya meredam celana dalamku yang diungkapkan ke samping sementara tangan kirinya menelusuri payudaraku yang sudah terbuka.

Saya sudah lepas kontrol, yang dapat kulakukan cuma mendesah dan menggelinjang, lupa jika ini lokasi yang kurang pas, goyangan mobil ini tentu kelihatan oleh orang di luaran sana. Tetapi gairah membuat kami telat mengetahui semua. Di tengah-tengah gelombang birahi ini, mendadak kami dikejuti oleh sorotan senter dan gebrakan di jendela di belakangku. Bukan bermain kagetnya saya saat melihat ke belakang dan menyaksikan 2 orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitupun Dimas, ia segera tersentak bangkit dari selangkanganku. Satu diantara mereka mendobrak kembali dan memerintah kami turun dari mobil. Semula saya ingin kabur, tetapi kelihatannya tidak terburu, lagian ngerinya jika mereka memburu dan panggil lainnya akan makin dibongkar kasus ini, karena itu kamipun pilih turun mengulas permasalahan ini baik sama mereka sesudah cepat-cepat kurapikan kembali bajuku.

Mereka mendakwa kami lakukan perlakuan cabul di area universitas dan harus disampaikan. Sudah pasti kami tidak inginkan hal tersebut terjadi hingga terjadi pembicaraan dan tawar-menawar antara kami. Selanjutnya yang cukup gendut dan berkumis membisikkan suatu hal pada temannya, entahlah apa yang dibisikkan lantas ke-2 nya mulai cengengesan menyaksikan ke arahku. Temannya yang lebih tinggi dan berusia 40-an tersebut lantas berbicara,
“Begini saja, bagaimana jika kita pinjam sesaat cewek kamu bikin ongkos tutup mulut?”

Huh, dasar pikirku semua lelaki sama juga pemikirannya tidak jauh dari selangkangan. Ternyata dalam masalah ini Dimas cukup gentleman , meskipun ia bukan kekasihku, tetapi ia masih tetap membelaku dengan tawarkan beberapa uang dan bicara cukup keras dari mereka. Di tengah-tengah keadaan yang mulai menghangat itu aku juga maju memegang tangan Dimas yang telah terkepal kuat.

“Biarlah Mas, tidak perlu membuang-buang uang sama tenaga, agar saya yang beresin” kataku
“Ok, bapak-bapak saya patuhi tekad kalian tetapi selanjutnya jangan mencoba ungkit-ungkit kembali permasalahan ini!”

Meskipun Dimas berkeberatan dengan keputusanku, tetapi ia harus berserah . Saya sendiri walaupun kecewa tetapi juga inginkannya untuk menyelesaikan libidoku yang tanggung barusan, apalagi bermain-main dengan beberapa orang seperti mereka bukan pertamanya kali buatku. Singkat kata kamipun dibawa mereka ke gedung psikologi yang telah sepi dan gelap, di ujung koridor kami diminta masuk ke dalam sesuatu ruang yang ialah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar sampai lampu berpijar, cukup bersih dibandingkan toilet pria di fakultas yang lain pikirku.

“Nach, saat ini kamu berdiri di sudut sana, perhatiin baik kita ngerjain cewek kamu!” perintah yang lebih tinggi itu pada Dimas.

Di pojok lain mereka berdiri di samping kanan dan kiriku melihati badanku dalam baju ketat tersebut. Sorot mata mereka membuatku gugup dan jantungku berdetak bisa lebih cepat, kakiku terasanya lemas bak kehilangan injakan hingga saya menyandar punggungku ke tembok.

Sekarang saya bisa menyaksikan beberapa nama mereka yang tercantum di atas kantong dadanya. Yang lebih tinggi dan berumur sekitaran tengah 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu namanya Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sekalian menyeringai cabul.

“Hehehe.. elok, mulus.. wah untung sekali kita malam hari ini!” ucapnya
“Berkenalan dahulu donk non, namanya siapa sich?” bertanya Pak Romli sekalian menyalami tanganku dan membelainya dari telapak sampai pangkalnya, automatis bulu-buluku bergidik dan darahku berhembus dielus semacam itu.
“Citra” jawabku dengan cukup tergetar.
“Wah Citra yah, nama yang cantik kaya orangnya, tentu dalemnya cantik” Pak Egy menyahut dan disongsong gelak tawa mereka.
“Non Citra coba sun saya donk, bisa kan?” pinta Pak Romli lebih memajukan mukanya
Saya tahu itu bukan keinginan tetapi kewajiban, karena itu kuberikan satu ciuman pada mukanya yang tidak ganteng tersebut.
“Ahh..non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini hanya ngecup saja sich, begini donk semestinya” Kata Pak Egy sambil menarik mukaku dan melumat bibirku.

Saya pejamkan mata coba menyerapinya, ia semakin garang menciumiku ditambahkan lagi tangannya mulai meremas-remas payudaraku di luar. Lidahnya masuk berjumpa lidahku, sama-sama menjilat dan berpilin, bara birahi yang sebelumnya sempat padam sekarang mulai kebakar kembali, bahkan juga lebih hebat dibanding sebelumnya. Saya semakin berani dan merengkuh Pak Egy, rambutnya kuremas hingga topi satpamnya jatuh. Sementara di bawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba-raba pahaku. Saya buka mata dan menyaksikannya, disitu Pak Romli mulai membuka rokku dan merabai pahaku.

Pak Egy melepaskan kecupannya dan berpindah ke target selanjutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya hingga kelihatanlah buah dadaku yang tetap terbungkus BH pink, itu juga langsung juga di turunkan.
“Wow teteknya montok sekali non, putih kembali” komentarnya sekalian meremas payudara kananku yang cocok pada tangannya.
Pak Romli langsung juga kesengsem dengan payudaraku, dengan gaungs ia melumat yang kiri. Mereka sekarang makin liar menggerayangiku. Putingku semakin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sekalian mencupangi leher tingkatanku, ia melakukan cukup halus dibanding Pak Romli yang perlakukan payudara kiriku secara kasar, ia mengisap kuat-kuat dan terkadang dibarengi gigitan hingga saya kerap mendesah jika gigitannya keras. Tetapi kombinasi di antara kasar dan halus ini malah memunculkan kesan yang unik.

Tidak kusadari rokku telah terangkut hingga angin malam menimpa kulit pahaku, celana dalamku juga terkuak secara jelas. Pak Romli menyisipkan tangannya ke kembali celana dalamku hingga celana dalamku terlihat menggembung. Tangan Pak Egy yang lain mengelusi belakang pahaku sampai bokongku. Napasku semakin mengincar, saya cuma pejamkan mata dan keluarkan desahan-desahan memikat. Saya rasakan vaginaku makin basah saja karena gesekan-gesekan dari jemari Pak Romli, bahkan juga sesuatu saat saya sebelumnya sempat tersentak perlahan saat dua jarinya temukan lantas mencubit perlahan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka makin bernafsu. Pak Romli raih tangan kiriku dan membimbingnya ke penisnya yang entahlah kapan ia keluarkannya.

“Waw..keras sekali, mana diamaternya lebar kembali” kataku dalam hati
“dapat mati orgasme nih saya”
Saya mengocaknya perlahan-lahan sama sesuai perintahnya, makin kukocok benda itu semakin membesar saja.

Pak Romli tarik tangannya keluar celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Selanjutnya saya diminta berdiri menghadap tembok dan menunggingkan bokongku dari mereka, kusandarkan ke-2 tanganku di tembok untuk menyokong badanku.

Itil V3
“Asyik nih, malam hari ini kita dapat merasakan bokong sang non yang putih mulus ini” celoteh Pak Romli sekalian meremasi bongkahan bokongku yang sekal.

Saya melihat ke belakang menyaksikan ia mulai turunkan celana dalamku, dimintanya saya mengusung kaki kiri supaya bisa loloskan celana dalam. Pada akhirnya bokongku yang telah telanjang menungging dengan celana dalamku tetap menggantung di kaki kanan.

“Pak masukkan saat ini donk” pintaku yang tidak sabar marasakan batang-batang besar itu memenuhi vaginaku.
“Sabar non, bentar kembali, bapak sukai sekali nih sama vagina non, harum sich!” kata Pak Romli yang menjilat-jilati vaginaku yang terurus baik. Pak Usep menggerakkan penisnya pada vaginaku, meskipun telah becek oleh lendirku dan ludahnya, saya tetap merasa ngilu karena penisnya yang tebal tidak sepadan ukuran dengan lubang senggamaku. Saya mendesah kesakitan rasakan penis itu melesak sampai ambles semuanya. Tanpa memberikan waktu menyesuaikan, ia segera menyikat-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang makin lama makin tinggi. Pak Egy semenjak posisiku ditunggingkan masih kerasan berjongkok antara tembok dan badanku sekalian mengenyot dan meremas payudaraku yang bergantung sama persis anak sapi yang menyusu dari induknya. Pak Romli terus memacuku dari belakang sekalian kadang-kadang tangannya menampar bokongku dan tinggalkan bintik merah di kulitnya yang putih. Pacuannya makin mambawaku ke pucuk birahi sampai aku juga tidak bisa meredam erangan panjang yang bersama dengan melafalkanngnya badanku.

Tidak sampai lima menit ia mulai susul, penisnya yang dirasa semakin besar dan berdenyut menggesek semakin cepat pada vaginaku yang telah licin oleh cairan orgasme.

“Ooohh.. oohh.. dalam yah non.. mau nih” bujuknya secara terus mendesah
“Ahh.. iyahh.. dalam saja.. ahh” jawabku tersengal-sengal di tengah-tengah beberapa sisa orgasme panjang baru saja.

Pada akhirnya disertai erangan nikmat ia stop pacuannya dengan penis menancap sampai pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Berasa olehku cairan hangat itu mengucur penuhi rahimku, ia baru melepasnya sesudah semburannya usai. Badanku mungkin telah roboh jika saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan napasku yang tercerai-berai. Sesudah mereka melepas pegangannya, saya segera bertumpu pada tembok dan melorot sampai terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan mengumpulkan lagi tenaga dan napasku yang tercerai-berai, ke-2 pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

“Hehehe..simak nih, air sperma saya ada dalam vagina wanita kamu” kata Pak Romli pada Dimas sekalian menghamparkan bibir vaginaku dengan jarinya, seakan ingin memperlihatkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka anggap kekasihku.

Opps..omong-omong mengenai Dimas, saya nyaris lupakannya karena terlampau repot layani ke-2 satpam ini, rupanya semenjak barusan ia nikmati liveshow ini di pojok ruang sekalian mengocak-ngocok penisnya sendiri. Kasihan ia pikirku hanya dapat menyaksikan tetapi jangan nikmati, dasar buaya sich, demikian pikirku. Saat ini, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan bersihkan penisnya, Pak Egy yang telah buka celananya berdiri di sebelahku menyuruhku mengocak penisnya.

Hhmm..sangat nikmat rasanya menjilat-jilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bersatu dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke semua permukaan atasnya sampai bersih mengkilat, kemudian kuemut-emut wilayah helmnya sekalian masih tetap mengocak punya Pak Egy dengan tanganku. Saya melihat ke atas menyaksikan reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

“Hei, telah donk saya ingin disepongin sama sang non ini” potong Pak Egy saat saya asyik memain-mainkan penis Pak Romli.

Pak Egy raih kepalaku dan dibawa ke penisnya langsung dipenuhi ke mulutku. Kepunyaannya memanglah tidak sebesar Pak Romli, tetapi saya sukai dengan memiliki bentuk lebih berurat serta lebih keras, ukuran juga cocok dimulutku yang imut karena tidak dengan tebal Pak Romli, tetapi tetap tidak dapat masuk semuanya ke dalam mulut karena lumayan panjang. Saya keluarkan semua tehnik menyepongku dimulai dari mengulumnya sampai menghisap kuat-kuat sampai orangnya tergetar luar biasa dan menekan kepalaku lebih dalam . Waktu sedang enak-enak menyepong, mendadak Dimas mengeluh, memancingku gerakkan mata kepadanya yang orgasme swalayan, spermanya muncrat bertebaran di lantai. Tentu ia telah horny sekali menyaksikan episode-adegan panasku.

Merasa cukup hanya servis mulutku, Pak Egy mengusung badanku sampai berdiri, lantas dijepitnya badanku ke tembok dengan badannya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah saya rasakan penisnya melesak ke dalamku, karena itu mulai ia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri.

Berkali-kali benda itu masuk-keluar pada vaginaku, yang paling kusuka ialah saat saat hentakan badan kami bersimpangan arah, hingga penisnya menusuk vaginaku lebih dalam, apalagi jika dengan tenaga penuh, jika demikian wuihh.. seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, saya cuma dapat mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan memperkuat dekapanku, untung gedung ini telah kosong, jika tidak dapat berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya menelusuri payudara, bokong, dan pahaku. Gelombang orgasme sekarang mulai menerpaku , berasa sekali darahku bergolak, aku juga menggeliat lagi dalam dekapannya. Waktu itu ia sedang melumat bibirku hingga yang keluar mulutku cuma erangan-erangan ketahan, air ludah belepotan disekitaran mulut kami. Di pojok lain saya menyaksikan Pak Romli sedang istirahat sekalian merokok dan mengobrol dengan Dimas.

Pak Egy begitu semangatnya meniduriku, bahkan juga saat saya orgasmepun ia bukanlah stop atau sekurang-kurangnya memberikan istirahat tetapi justru semakin kuat. Kakiku yang satu diangkatnya hingga saya tak lagi bertumpu di tanah disanggah ke-2 tangan kekar tersebut. Tusukan-tusukannya berasa semakin dalam saja membuat badanku semakin tertekan ke tembok. Benar-benar takjub saya dibikinnya karena ia mampu memacuku sepanjang nyaris 1/2 jam bahkan juga dengan intensif pacuan yang konstan dan belum memperlihatkan pertanda akan klimaks. Tidak lama kemudian ia hentikan pacuannya, dengan penis masih tetap menancap di vaginaku, ia membawa badanku yang tetap digendongnya ke jamban. Disitu baru ia turunkan saya, lantas ia sendiri duduk di atas tutup jamban.

“Huh..lelah non, mari saat ini giliran non yang goyang donk” perintahnya

Aku juga dengan suka hati menurutinya, dalam posisi semacam ini saya dapat memimpin permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa diminta saya turunkan bokongku di pangkuannya, kuraih penis yang telah licin itu dan kutuntun masuk vaginaku. Sesudah menempati penisnya, saya lebih dulu melepas pakaian dan bra-ku yang tetap menggantung agar lebih lega, masalahnya tubuhku telah panas dan bemandikan keringat, yang tetap sisa di badanku cuma rokku yang telah terkuak sampai pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Saya menggoyahkan badanku dengan terus-menerus dengan pergerakan turun-naik, kadang-kadang saya lakukan pergerakan meliuk hingga Pak Egy mengeluh karena penisnya berasa diplintir. Ke-2 tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya aktif mencupangi bahu dan leherku.

Mendadak saya dikejuti oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendangakkan mukaku ke atas. Di atas muka Pak Romli merapat dan secara langsung melumat bibirku. Dimas yang telah tidah dengan celana dekatiku, kelihatannya ia telah mendapatkan izin untuk gabung, ia tarik tanganku dan menggenggamkannya pada tangkai penisnya.

“Mmpphh.. mmhh!” desahku ditengah-tengah kerubutan ke-3 orang tersebut.

Toilet yang sempit itu jadi sesak penuh hingga udara berasa semakin panas dan sesak.

“Mari donk Citra.. emut, sepongan kamu kan mantep sekali”

Dimas memberikan penisnya kemulutku langsung lusuhbut dengan kuluman dan jilatanku, saya rasakan wewangian sperma pada benda itu, lidahku terus menelusuri ke kepala penisnya di mana tetap sisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyesap cairan yang ketinggalan di lubang kencingnya. Ini sudah pasti membuat Dimas blingsatan sekalian meremas-remas rambutku. Saya melakukan sekalian terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocak penisnya Pak Romli, repot sekali saya dibikinnya.

Tidak lama kemudian penisnya semakin jadi membesar dan berdenyuk-denyut, lantas ia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Betul sangkaanku, rupanya ia ingin melepas maninya di mulutku. Saat ini dengan posisi berlutut saya mainkan lidahku pada penisnya, ia mulai merem-melek dan menggumam tidak terang.

Seorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merayap, saya tidak paham siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy hingga tidak dapat melihat belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan memulai menggoyangnya perlahan-lahan. Jika dirasa dari ukuran sich kelihatannya sang Dimas karena ini ukuran cocok dan tidak memengapkan seperti punya Pak Romli. Saat sedang enak-enaknya nikmati pacuan Dimas penis di mulutku mulai tergetar

“Aahhkk.. saya ingin keluar.. non”

Pak Egy kewalahan sekalian menjambaki rambutku dan
creett..creett,
seringkali semburan menimpa menimpa langit-langit mulutku, beberapa masuk ke dalam kerongkongan, beberapa yang lain menetes di tepi bibirku karena jumlahnya hingga saya tidak mampu memuatnya kembali.

Saya terus mengisapnya kuat-kuat membuat berkelejotan dan mendesah tidak karuan, setelah semburannya stop saya melepasnya dan menjilat-jilati cairan yang tetap sisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, saya dapat semakin fokus pada gempuran Dimas yang makin mengamuk.

Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas benar-benar pintar mengombinasikan gempuran lembut dan keras, hingga saya dibikinnya melayang. Gelombang orgasme telah diambang batasan, saya merasa mau sampai, tetapi Dimas menyuruhku bertahan sesaat supaya bisa keluar bersama-sama.

Hingga kemudian ia meremas bokongku erat-erat dan memberitahukanku akan selekasnya keluar, hati yang kutahan-tahan itu juga kucurahkan . Kami orgasme bersama dan ia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku terasanya banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung menetes keluar di wilayah selangakanganku.

Aku segera terkulai lemas di lantai dengan badan bersimbah peluh, untung lantainya kering hingga tidak demikian kotor untuk tiduran di situ. Vaginaku rasanya panas sekali sesudah bersinggungan sepanjang itu, dengan 3 jenis penis kembali. Lututku berasa pegal karena dari barusan bertopang di lantai. Sesudah merasa cukup tenaga, saya berusaha bangun ditolong Dimas.

Dengan cara sempoyong saya ke arah wastafel untuk membersihkan mukaku, lantas kuambil sisir dari tasku untuk membenarkan rambutku yang telah kusut. Saya mengambili bajuku yang berantakan dan menggunakannya lagi. Kami siap-siap tinggalkan tempat tersebut.

“Lain waktu jika lakukan jalinan tubuh berhati-hati, jika tertangkap kan harus membagi-bagi” demikian kata Pak Egy sebagai salam perpisahan dibarengi tepokan pada bokongku.

“Citra.. Citra.. sori donk, kamu geram ya!” kata Dimas yang meng ikutiku dari belakang dalam perjalananku ke arah tempat parkir.

Dengan cueknya saya terus jalan dan menepiskan tangannya saat tangkap lenganku, ia menjadi tambah kebingungan dan meminta terus. Sesudah buka pintu mobil baru saya mengubah tubuhku dan memberikan sebuah ciuman di pipinya sambil berbicara

“Saya tidak geram kok, justru santai sekali, lain waktu kita coba lebih edan yah, see you, good night”

Dimas cuma dapat terbengong di lapangan tengah parkir itu melihat mobilku yang semakin menjauhinya.

Comments are closed.