berdebu. Kami naik ke atas dan secara langsung ke arah ruangan kamar mandi, kurang lebih nyaris 2 jam kami memanipulasi atap asbes yang rupanya bukan dibuat dari asbes, untung kami bawa bor. Bor ini bukanlah bor listrik tetapi sebuah bor manual tangan menjadi tidak ada suaranya.
Cersex Bersambung – Kelar telah, 2 lubang persegi pas ada di atas kamar mandi sejumlah 5×5 mtr. yang dapat ditutup sudah usai. Kami pulang dan pada esoknya sekitaran jam 05.00 pagi, kami kembali lagi ke atas dan menanti Ibu Darwin untuk mandi. Lantas terjadi, ia masuk dan kami memperhatikannya di atas. Saat ia menyeka dadanya yang padat dengan sabun, selanjutnya bersihkan selangkangannya dengan pergerakan tangan turun-naik lantas menggosok bokongnya yang seksi, kami betul-betul terangsang.
Bu Darwin mustahil atau kemungkinan kecil untuk melihat ke atas, karenanya ukuran kamar mandi yang kecil jika ia melihat di depan pemikirannya optimal cuma sampai ke dinding tembok tidak capai ke langit-langit yang lebih tinggi. Terkecuali jika ada suatu hal di atas yang jatuh atau jika kami kembali apes dan mendadak ia melihat ke atas, itu risiko kami. Seterusnya kami pulang untuk siap-siap pergi ke sekolah masing-masing. Kami mengulang pengintipan kami saat pagi dan sore sampai sepanjang 5 hari. Selanjutnya hari keenam kami “habis”, kami ketahuan.
Sore itu, untuk Tuhan yang berada di sorga, entahlah darimanakah aslinya mendadak saya bersin, bahkan 2x. Ibu Darwin melihat ke atas dan menyaksikan lubang kami, ia menjerit. Secara cepat kami tutup lubang- lubang itu dan secara langsung turun untuk larikan diri. Selanjutnya saya berpikiran, hei mengapa larikan diri? suami Ibu Darwin tidak ada, menjadi mengapa takut? Kami ngotot bertandang ke tempat tinggalnya lantas merasakan Ibu Darwin yang basah cepat-cepat akan keluar rumah. Kami berjumpa pada pintu depan tempat tinggalnya. “Ada apakah Ibu Darwin kok masih basah?” saya bersandiwara. “Andre, ada orang yang melihat saya di dalam kamar mandi.
Ia ngintip di atas.” Saya dan temanku sama-sama berpandangan. “Haaah, menjadi kalian yang melihat saya, kurang ajar.” “Plaaak!” Ibu Darwin menamparku. Cepat-cepat temanku menyela, “Maaf Bu, masalahnya Ibu elok, seksi kembali, kami menjadi ingin tahu, dan sebetulnya ini semua gagasan Andre, maafkan kami.” Sekilas kusaksikan senyuman di bibir Ibu Darwin yang merah. Lantas temanku dengan rileks ngeloyor pergi. “Betul Bu, ini tangung jawab saya, maafkan saya, saya, ehh…” Dengan suara rendah, “Telah Andre, saat ini kamu pergi saja, saya benci menyaksikan kamu.” Empat hari selanjutnya saya ngotot bertandang ke Ibu Darwin yang bercanda di teras dengan Wanda. “Wanda, masuk ke dalam kamarmu Ibu ingin berbicara berdua dengan Kak Andre, ada perlu apa Andre?” Saya tidak merasakan takut sedikitpun tetapi lidah ini berasa beku dan tidak dapat bergerak, tidak tahu ingin dimulai dari mana. Lantas cuma ibu itu yang berbicara berkenaan apa.
Saya cuma dengarkan sekalian tersenyum, dan ia membalasnya senyumku. Kelihatannya ia telah lupakan peristiwa 4 hari kemarin. Selanjutnya topik perbincangan berpindah tersangkut suaminya. Selekasnya saya menyahut, “Ibu tentu kesepian ditinggalkan terus oleh suami.” Ia melihatku dengan tajam, “Iya!” Lantas Ibu Darwin termenung lama dan mendadak, “Suami jenis ia Andre, tentu punyai simpanan lain di situ. Jika ia pulang saya tidak dapat apapun, hanya sang kecil dan Wanda yang diurusn, saya tidak.” “Oooh demikian ternyata,” saya menyahut. Edan peluangku nih. Lama kami termenung dan kadang-kadang pandangan kami berjumpa dan ia tersenyum padaku kembali. Hari mendekati gelap, mendadak ia menggenggam tanganku dan berbicara, “Andre, temanmu mana?” “Oh sang Karunia, saya akan berjumpa sama dia esok siang, mengapa Bu?” “Kalian kan telah menyaksikan Ibu di dalam kamar mandi, saat ini gantian Ibu harus menyaksikan kalian.”
Saya tersentak terkejut seperti seseorang yang barusan tahu jika ia kemalingan. “Esok siang jika kalian sebelumnya sempat, Ibu nantikan di dalam rumah ya, Wanda masuk siang dan baru pulang jam 6 sore.” Lantas Ibu Darwin melepas genggamannya dan selekasnya masuk ke rumah sekalian tersenyum. Dengan hati terkejut bersatu kebingungan saya pergi ke rumah Karunia dan bercerita semua apa yang barusan terjadi. Siang itu jam 11.00 saya absen sekolah dan berjumpa karunia yang absen, di warung. “Kita pergi saat ini Ndre, saya sudah tidak tahan nih.” “Bisa, mari!” Kami segera ke arah rumah Bu Darwin, sepi, tetapi pintu tidak terkunci, kami berdua secara langsung masuk dan mengamankannya dari dalam. “Eh… menjadi kalian tiba.”
Kusaksikan Ibu Darwin kenakan pakaian rapi. “Ibu Darwin ingin ke mana?” “Hei, jangan panggil Ibu Darwin, panggil Lisa saja, itu nama saya. Oh, jika kalian barusan tidak tiba di dalam 15 menit saya ingin pergi jalanan ke mall dengan sang kecil.” Disini rasa hormat hormatku ke tetanggaku ini mulai lenyap. Saya mulai berbeda jahat dan saya mulai menanyakan dalam hati, di mana Pak Darwin saat ini? Apa yang beliau sedang pikirkan atau kerjakan saat ini? Beliau memberikan keyakinan tapi saksikan, setan dalam diriku sudah menguasaiku 100%. Jika apa saja yang kami pikirkan tidak ada atau Ibu Darwin menipu kami, kami akan maju terus, kami akan memaksakan.
Dan rupanya betul, pikiran jahatku lenyap�berubah jadi cemas. Saya menyaksikan mobil ayahku, yang ialah seorang perwira menengah TNI tiba. Dan ayahku membawa juga seorang anak buahnya yang lebih tinggi besar, Provost mungkin, dan mereka ke arah kesini ke kami. Genting! “Hei, rupanya Ibu menipu kami, ini semakin menyakitkan atas sesuatu yang kami kerjakan pada Ibu!” “Andre, saya ingin karakter kamu berbeda, kamu tidak kecil lagi…” kami tidak menggubrisnya , kami berlari dan lompat melalui pintu belakang, kabur.
Sebelumnya sempat kudengar ayahku berteriak, “Andre jangan lari, ayah cuma ingin menyiksamu! Kembali kau, pengecut!” Saya mendegar kata paling akhir ini. Sekalian berlari, saya bersedih dan sedih, semua badanku ini berasa lemas. Kami lari tanpa tujuan. Sesampainya di persilangan jalan besar, temanku mulai berbicara, “Andre, saya tidak punyai waktu kembali dengan semua kegilaan kita ini, peristiwa baru saja cukup buatku, empat bulan kembali kita Ebtanas, saya punyai gagasan panjang sesudah saya lulus kelak, saya tidak mau tidak berhasil, saya ingin kita sukses!” Saya terbeliak terkejut mirip orang yang temukan uang 1 juta di jalan.
Kami termenung dan saya cuma melihat ke bawah dan memulai merenung dan berpikiran, keras sekali. Tidak kusangka, temanku ini punyai semangat baja dan tidak mudah menyerah, semangatku mulai bangun dan pikiranku berasa mengarah ke satu arah, tobat. “Thanks Mat, saya senang punyai rekan seperti kamu, saya tahu saat ini waktunya kita berbeda. Saat remaja sudah berakhir dan saya pun tidak ingin tidak berhasil.” “Andre, waktunya tlah datang untuk kita dan…” “Karunia, saya sepakat denganmu dan seharusnya kita pisah saat ini dan kita bertemu saat kita lulus kelak, oke man?” “Oke, boss…” Kami sama-sama pandang lantas seakan ada yang gerakkan pada diri kami, sekalian ketawa masam kami berpelukan singkat sekali, kami pisah. Kusaksikan ia berlari ke arah terminal untuk pulang ke rumah. Lantas saya kembali arah ke arah rumah tetapi mendadak saya membelok arah ke arah warung yang kerap saya dan Karunia kunjungi.
Di warung itu kembali saya merenung dan pikirkan semuanya yang sudah saya kerjakan sepanjang SMA, saya melamun, selanjutnya kedengar suara kecil dari dalam pikiranku dan kelihatannya berbicara, “1x kembali, Andre, 1x kembali Andre, 1x kembali Andre…” terus berulang-berulang. Saya terjaga dari lamunan, oke jika demikian. Selanjutnya, cepat-cepat saya pulang ke rumah, dan kebenaran ayahku tidak ada di sana kembali, saya segera masuk masuk ke dalam kamar, menukar pakaian lantas ambil semua simpanan uangku, dan paling akhir ambil semua peralatan naik gunungku. Yup, Saya putuskan akan naik ke gunung yang terakhirnya sendiri. Selanjutnya, ibuku berusaha untuk menghambatku dan menjelaskan jika ayahku mencariku. “Ibu, ucapkan pada Ayah jika saya akan balik.” Ibuku menangis sejadi-jadinya, tapi saya masih tetap pergi. Dan sementara saya keluar rumah saya berpapakan dengan Ibu Darwin.
Ia menggenggam tanganku, “Andre, kamu ingin ke mana, apa yang hendak kamu kerjakan, Andre, jangan minggat, saya…” saya tidak menggubrisnya. Saya pergi ke arah terminal, saya cabut. Sepanjang tiga hari saya jalan menaiki gunung itu sampai ke pucuk lantas jalan turun ke arah utara. Satu malam saya terjerat hujan di tengah-tengah perjalanan turun. Sepi, tidak ada satu napas manusia juga terkecuali saya. Saat ini saya sudah tiba di bawah, terminal bis Ngawi jam 09.00 malam, hari Minggu. Saya pulang. Sesampainya di dalam rumah rupanya ayah dan ibuku sudah menanti. Tanpa sepatah kata mereka merengkuhku. Lantas kami semua tidur. Esok paginya saya pergi ke sekolah, ini kali saya dikasih keyakinan oleh ayahku bawa mobilnya.
Saat sebelum pergi, saya sebelumnya sempat bicara serius dengan Ibu Darwin dan ia memberikan surat. Diperjalanan ke sekolah saya memaksa untuk membaca surat itu, didalamnya rupanya sebuah keinginan maaf, pengakuan individu padaku, dan sebuah perjanjian�yang penting. 3 bulan berakhir, saya lulus dari SMA dengan nilai terbaik, mereka katakan jika saya termasuk di dalam 10 besar terbaik tingkat nasional dan saya tidak yakin. Kemudian saya berkemauan untuk meneruskan profesi ayahku, saya telah senang sekalian jemu dengan pendidikan resmi dan saya tidak buang waktuku sia-sia cuma untuk kuliah, saat ini saatnya untuk suatu hal lainnya. Saya mendaftarkan sekolah tinggi tentara, sukur rupanya saya bisa lolos ujian lokal. Waktu bergulir cepat, datang waktunya sekarang saya harus pisah sama orang tuaku. Tetapi sebelumnya, di suatu malam jam 19.00, saya menghubungi Ibu Darwin dan ia menyuruhku untuk tiba ke tempat tinggalnya pada jam 22.00. Sepanjang 3 jam saya menanti di dalam rumah saya betul-betul tidak kuat, terasanya tiga tahun lama waktunya.
Waktunya datang, belum, pada jam 21.20 saya ngotot ke rumah Ibu Darwin, melalui pintu belakang tentu saja. Saat itu ke-2 putrinya telah tidur di kamarnya masing-masing, mungkin, harus. Saya segera ke arah kamar Ibu Darwin yang ada dari sisi belakang rumah. Saya mengetuk 2x, “Masuk Andre, kami telah menantimu.” Saya tersentak terkejut mirip orang terkena tangga dengan mendadak, “Hah, kamu siapa?” saya buka pintu kamar itu secara cepat. Kamar itu jelas, menjadi saya bisa menyaksikan terang Ibu Darwin yang terbaring di tempat tidur, ia menggunakan daster mini warna hitam, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Lekuk-lekuk badannya tergambar terang saat ia memiringkan tubuh sekalian menyokong kepala dengan tangannya. Ibu Darwin memang wanita sejati, ia demikian elok.
Tetapi saya demikian terkejut yang ke-2 kalinya saat menyaksikan pemuda yang berdiri dari sisi tempat tidur, Karunia! Sekalian ketawa saya terselak, “Karunia! Maka maka kesepakatan ini berlaku untuk kamu?” “Hehehe, betul Andre, tetapi kamu tenang saja, saya dan Ibu Darwin belum mulai kok, kami menanti kamu.” Pada akhirnya Saya dan Karunia ketawa bersama-sama. “Eh ssst, kalian ini mengapa? Nantikan apalagi? Saya tidak tahan kembali.” “Hehehe… sama,” kami menyahut. Dengan tetap kenakan pakaian komplet saya menangkap Ibu Darwin dan menindihnya. Kulumat habis bibirnya sekalian kuremas-remas dadanya yang kecil padat dan ia merengkuhku dengan kuat. Sementara itu Karunia dengan perlahan menelanjangi dirinya. Sesudah beberapa saat kami bercumbu, Karunia naik ke tempat tidur dan mengangkangi Ibu Darwin di kepalanya, lantas Karunia memberikan rudalnya yang baru 1/2 berdiri itu ke dalam mulut Ibu Darwin dan wanita itu menyantapnya.
Saya sendiri segera ke arah sisi bawah pinggang Ibu Darwin, kutarik celana dalamnya dan kujilati pahanya yang empuk, lantas turun sampai ke pangkal paha. Disini saya menghirup bau aneh, sembab. Tetapi saya tidak mempedulikannya, saya memperhatikan belahan daging halus yang warna coklat kemerahan yang telah basah tersebut. Saya mulai menciuminya, kusibakkan bulu-bulu lembut disekelilingnya lantas kujilati tempat kewanitaan itu, dan anu-ku tidak termonitor kembali memiliki bentuk. Sesaat selanjutnya Karunia tidak tahan dengan tindakan Ibu Darwin, wanita itu betul-betul kuat mengoral Karunia sepanjang itu, sekarang Karunia meletus, ia semprot semua spermanya ke dalam mulut dan muka Ibu Darwin. “Oh… oh… sssh, mari mengeluarkan semua Mat… mari, oh…” Sekarang muka Ibu Darwin sarat dengan lelehan sperma Karunia, Karunia rebah disebelah kiri Ibu Darwin sekalian tersenyum.
Sementara itu saya tetap menjilat-jilati vagina Ibu Darwin dengan rakus. “Eeeeh… mmmh, Andreee aaahk… oooh…” sekalian menjilat kusaksikan muka Ibu Darwin sedang dibikin bersih selimut oleh Karunia. “Karunia, kamu jangan kecewakan saya. Tunjukkan jika kamu gagah, mari bangun kembali ayooo!” sekalian tangannya mengocak dan mainkan rudal sang Karunia. Sesudah senang bahkan juga jemu menjilat, saya merebahkan diri disebelah kanan Ibu Darwin. Tanpa kuperintah Ibu Darwin memahami tujuanku, ia bergerak ke arah bawah, melepaskan celana jeansku dan celana dalamku, lantas mengulum dan menhisap benda yang terdapat di belakangnya. Saya betul- betul melayang-layang sambil tanganku memerah rambutnya.
“Aduuh Ibu Darwin, anda luar biasa sekali oooh.” Sesudah sesaat lama waktunya selanjutnya, penisku mulai berlagak, kurasakan seperti sesuatu cairan didalamnya akan selekasnya keluar. Saya terjaga dari posisi rebah, dan berlutut di tempat tidur. Sementara Ibu Darwin tetap menelan dan mongocok penisku dengan mulutnya, lantas kupegang kuat kepalanya dengan ke-2 tanganku sementara Ibu Darwin melingkarkan tangannya di bokongku. Lantas kubenamkan semua tangkai penisku ke mulutnya dan akhirnya… “Oooh, aduuuh uhhhs, Ibu Darwiiin anda, anda… hebat…” spermaku keluar seperti air bah, dan banjiri mulut dan rongga kerongkongan Ibu Darwin. Kusaksikan Ibu Darwin secara terpejam menelan semua spermaku tanpa tersisa.
Itil V3
Membuatku menjadi jijik menyaksikannya. Saya melepas cengkraman tanganku di kepalanya dan kembali rebah di tempat tidur. Lantas Ibu Darwin pergi ke kamar mandi yang terdapat dalam kamar itu dan bersihkan diri. Saat itu jam 23.45. Demikianlah, kami melanjutkan acara pesta kami sampai senang. Kami lakukan semua pergerakan, posisi dan tehnik dari semua khayalan kami. Betul-betul tanpa batasan. Sampai mendekati jam 06.00 pagi hari Minggu, saat 2 putri Ibu Darwin bangun, terutama sang Wanda, kami mengamankan diri di dalam kamar itu sekalian bersihkan diri, mandi. Kurang lebih jam 07.30, paman mereka, adik Pak Darwin tiba dan jemput ke-2 nya, sang kecil dan Wanda, rekreasi ke luar kota. Luar biasanya, ibu mereka tidak ikut sama mereka meskipun ia merasa berat.
Ibu Darwin rupanya memenuhi perjanjiannya dengan kami untuk sepanjang dua hari layani gairah kotor kami. Pada akhirnya kami melakukan kembali dimana saja dan kapan saja kami sukai. Ibu Darwin betul-betul ialah wanita yang kuat walaupun tidak sekeras kami tentu saja. Ia memberikan bukti dengan layani kami dengan berganti-gantian mulai dari pagi sampai malam hari. Sama dalam sekitaran jam 13.00, 1 jam seteleh ia senggama dengan Karunia ia ke arah dapur dan makan, lantas mandi. Pas di saat itu gairah birahiku mulai bangun dan kuputuskan untuk melepaskannya di dalam kamar mandi. Kuketok pintu kamar mandi, tanpa menanyakan pintu langsung dibukanya.
Kusaksikan panorama yang cantik, Ibu Darwin berdiri dengan keadaan sama seperti Udara saat ia baru dibuat, telanjang bundar. “Oh kamu Andre, mengapa? meminta kembali? kalian ini gagah, tetapi saya masih capek. Kamu dapat nantikan 1 jam kembali tidak?” “Haaa? 1 jam? Tidak, saya penginnya sekarang ini. ”
Lantas kuremas bokong Ibu Darwin dan memulai kusapukan lidahku ke lubang peranakannya. Ibu Darwin cuma dapat mendesah dan memulai bereaksi menyandar dianya ke dinding kamar mandi. “Auuuh, oooh, sssshaa… bisa lebih cepat Andre, bisa lebih cepat, oookh…” Saya senang nikmati vagina Ibu Darwin yang tetap bau wangi sabun. Lantas sekalian berdiri kudorong Ibu Darwin untuk berlutut dan mengisap kemaluanku.
Dan Ibu Darwin melayaniku secara baik, ia mengisap penisku dengan pergerakan cepat terlihat seperti rakus. Sesudah nyaris 1/2 jam mengisap, dengan tetap menelan penisku mendadak ia stop. “Eeemmmh, ooockh,” Ibu Darwin barusan minum semua spermaku yang kutembak dalam mulutnya. Selanjutnya Ibu Darwin mengubah dianya membelakangiku, sekalian tetap berdiri ia membungkuk.
Lantas kupeluk ia dan kutelusupkan penisku yang telah tegang itu dari belakang. Kami berdua menikmatinya dengan rileks. Kami bahkan juga menceritakan dan ketawa sekalian saya masih tetap mengocaknya dari belakang. Dan saat yang ternikmat datang, Ibu Darwin mulai mendesah tegang dan saya mulai rasakan kontraksi dalam penisku. “Oh oh oh oh, Andreee, eeehk, eeehk, eeehk, saya sudah tidak kuat kembali Andre, sssaya habisss… ooohhh!” bersamaan dengan itu spermaku kembali keluar. Lantas kami terkulai lemas dan bertumpu pada dinding sekalian berpelukan. Tersebut kesepakatan kami dengan Ibu Darwin yang ditulisnya dalam surat 3 bulan kemarin.
Sekarang kami semua pisah. Saya sukses masuk test tingkat nasional pendidikan sekolah tinggi di Jawa tengah, Karunia melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri di Bandung, dan pada akhirnya Pak Darwin membawa keluarganya berpindah ke Kalimantan. lima tahun berakhir, ke-2 orang tuaku berpindah ke Sulawesi, saya diberikan tugas di Jakarta saat saya terima surat dari Karunia dan bercerita jika ia akan pergi ke Jerman untuk seperti pendidikan khusus. Capai cita-citamu dengan tinggi mungkin teman, mudah-mudahan sukses.
Comments are closed.