Namun saat jam istirahat dan mendekati kembalinya Pak Bram, sang sekretaris barusan direpotkan acara office party. Jika sudah beberapa jam sesibuknya Pak Bram itu, kami semua kantor tidak berani mengusik acaranya yang memerlukan waktu, umumnya umumnya 45 menit sampai 1 jam. Dan entahlah apa yang mereka kerjakan berdua dengan sekretarisnya sepanjang itu, tetapi yang terang setiap office party itu usai, Pak Bram terlihat semakin fresh dan kebalikannya sekretarisnya terlihat sedikit kusut dan memperlihatkan gestur kurang senang. Semua telephone yang meminta ikat ke Pak Bram tentu tidak dihubungkan argumen keluar kantor atau lunch.
Cersex Bersambung – Sesuatu hari hadirlah seorang agen asuransi seorang wanita untuk tawarkan jasa ke kantor kami, dan saat tersebut Pak Bram menyaksikan wanita itu dan disuruh masuk ke dalam ruangnya. “Saya Sofi,” wanita itu mengenalkan dianya. “Bram,” sambil ulurkan tangannnya. “Saya Prasetyo,” sahutku mengenalkan diriku. Secara singkat Pak Bram kelihatannya tertarik sama jasa asuransi itu dan mengikuti masukkan semua pegawai perusahaan tempat kami bekerja. Dan waktu itu Pak Bram tanda-tangani kesepakatan dengan perusahaan asuransi dari Mbak Sofi. “Every thing is OK, bila terjadi apa-apa kontak saja Pak Pras, yach,” kata Pak Bram akhiri kesepakatan kami. Saya mengakui memang wanita itu pintar dan sangat bagus langkah perjumpaannya atau kami telah terbuai oleh kemolekan badan wanita ini.
Satu minggu selanjutnya Mbak Sofi mengantarkan polis-polis ke perusahaan kami dan kebenaran Pak Bram sedang dinas ke Jakarta dan ini kali saya yang perlu menjumpai. “Maaf Pak Bram kembali ke Jakarta, silahkan duduk! ingin minum apa?” kataku menyongsong mereka di ruangku. “Apa deh yang fresh,” sahut Sofi. “Oh ya, Pak Pras, perkenalkan ini pendamping saya, namanya Yeni,” kata Sofi mengenalkan rekanan kerjanya. Acara serah-terima polis berjalan demikian cepat dan sesaat kami sunyi dan termenung mendadak, situasi kelihatan kaku. “Wow, hasrat Mas Pras bisa ,” kata Sofi mendadak. “Em, emangnya mengapa Mbak?” tanyaku makin dekat saja. “Tuh…” kata Sofi sekalian menunjuk ke kalender meja yang bermotif cewek bule polos dengan gaya mengundah gairah yang menyaksikannya. “Yach wajarlah saya khan lelaki Mbak, kelak kalau gambarnya cowok wah.., lha dapat berabe,” sahutku sekenanya. “Ini Pak Pras, selainnya sampaikan polis kami kesini ingin memberi bonus untuk perusahaan ini karena omsetnya besar sekali,” kata Sofi di antara lelucon kami. “Baik kelak saya berikan ke Pak Bram, terus…” perbincanganku di selang oleh Sofi. “Ini Pak Pras kelak kita bahas di dinner party, kita akan kasih tahu tempatnya,” kata Sofi sekalian melihat tajam ke arahku.
Esok ialah hari Sabtu, umumnya kantor kami masuk 1/2 hari, dan siang kelak saya harus jemput Boss yang tiba bersama sekretarisnya. Diperjalanan HP-ku berdering dan kelihatannya dari Sofi. “Prasetyo di sini,” jawabku. “Mas Pras, entar malem dapat khan? tempatnya rahasia, kelak sore kita jemput di dalam kantor,” kata Sofi. “Apaan sih gunakan rahasia semua,” tanyaku yang membuat Pak Bram ingin tahu.”Sesaat Fi, saya kembali bersama Pak Bram dan Mbak Niken,” jawabku. “Pak Bram, ini dari Sofi ajak makan malem entar malem, dan mereka akan mengulas masalah bonus, akan tetapi ia rahasiakan tempatnya,” saya sampaikan pesan Sofi semua ke Pak Bram. “Mas, saya ikut-ikutan yach,” rengek Niken manja. “Hem emhh…” sahut Boss tuaku. “OK, Mbak Sofi kelak sekaligus Mbak Niken ikut-ikutan,” saya menyambung perbincangan ke Sofi. Sofi termenung sesaat lantas, “Its OK, Yeni kau mengajak kok, dasarnya siiplah, bye,” Sofi tutup perbincangan kami.
Kami kembali arah atas perintah Pak Bram untuk ke arah kantor karena sesaat lagi sore daripada ke rumah Pak Bram kelak masalah sama istrinya dapat berabe. Kantor telah kosong karena telah pada pulang semenjak jam 13.00 barusan dan tinggal kami bertiga dan satpam penjaga kantor.Demikian sampai di dalam kantor Bram dan Niken ternyata tidak bisa meredam pergolakan birahinya dan secara tergesa-gesa masuk ke dalam ruang Bram tetapi pintu tetap terbuka sedikit. Pada akhirnya saya tahu apakah yang dilaksanakan Bram dengan sekretaris-sekretarisnya dulu, dengan Niken dengan mata kepalaku sendiri. Desahan nikmat Bram makin keras dari ruangku yang kebenaran berdekatan, demikian juga desah Niken. “Niken, aahhmmm.. mmmpphh… hisepph… aaaghhh…” desah Bram membuat birahiku perlahan-lahan bangun dan menyebar ke selangkanganku untuk mengacung diri. “Braaamm… gelliii,” desah Niken selanjutnya.
Tetapi yang saya dengar cuma desah dan dengusan napas Bram yang terbenam dalam birahinya, dan ke mana desah manja Niken? tanyaku dalam hati. Sesaat selanjutnya, “Nikenhhh… ahhgghhh.. kku.. kell…” kata Bram terbata-bata meredam pergerakan spermanya. “Aaaghhh…” teriak Bram keras menyembur spermanya disertai suara ribut dari ruangnya, kelihatannya bentrokan bangku dengan meja. “Emmmpphhh…” Niken mendesah lirih. Sesaat selanjutnya kedengar orang mengguyurikan shower, tentu sang Niken kembali bersih- bersih, tebakku. Lantas ruang itu kembali sunyi, cuma obrolan- percakapan perlahan dari ruang itu, terkadang saya dengar suara ketawa kecil dari Niken. “Pras, sini lho jangan bengong di sana,” suara Bram keras panggilku saat saya mulai menelusuri internet di PC-ku. “Sesaat Boss,” sahutku dan dengan menyengaja aku bikin lama supaya mereka sebelumnya sempat membereskan baju masing-masing. Kurang lebih tiga menit berakhir saya baru berani mengetok pintu Boss yang terbuka sedikit tetapi saya masih ragu. “Masuk Pras, kemarilah kita pesta,” kata Bram datar.
Betapa kagetnya saya saat masuk ke dalam ruang itu menyaksikan Niken terbaring bugil di atas meja Bram, sedangkan Bram tetap mengisap puting Niken, dan jemari tengahnya bekerja di vagina Niken yang kelihatan basah oleh sperma Bram. Sperma Bram kelihatannya lumayan banyak sampai menetes di atas meja di antara bongkahan bokong Niken yang padat kenyal. “Mmm.. maaf Pak,” kataku tergagap, tetapi saya menyaksikan Niken tidak bereaksi dan tetap merem terbuka oleh permainan jemari Bram di vaginannya. “Pras, mari tolong saya puasin Niken, saya sudah cukup lelah Pras,” kata Bram datar dan tidak saya prediksikan sebelumnya. Menyaksikan panorama enak itu penisku tegang saat itu juga dan berereksi optimal dan memikirkan bagaimana jika vagina sempit itu saya jejali dengan penisku sepanjang 16,5 cm berdiameter 4 cm. “Jangan bengong, nantikan apalagi!” teriak Bram. Saya mendekati mereka berdua dan sedikit takut pada Bram walau awalnya saya sebelumnya pernah threesome waktu kuliah dahulu dengan teman-temanku.
Namun yang saya temui ini kondisinya lain, karena ia ialah Boss-ku dan sekretarisnya. Niken melihatku penuh berharap dan dari mimiknya saya tahu ia benar-benar menginginkan permainan seksnya, tidak ada di satu faksi dan ringkasanku Niken belum meraih orgasmenya. Saya mendekati Niken dari segi meja yang lain selanjutnya saya kecup mesra sekali bibirnya sekalian kubelai halus rambutnya. Kami bercumbu lama sekali dan di sela-selanya terkadang Niken mendesah oleh permainan jemari Bram, rasanya tidak menarik kembali untuknya. “Emmhhh.. Prasshh…” desah Niken yang terlihat makin resah meraih orgasmenya yang tidak berhasil bersama Bram. Saya mahfum, memang seusia Bram itu gairah kuda tenaga ayam karena umur. Tangan Niken mulai meraih zipper lalu secara cepat Niken keluarkan isi celanaku yakni tangkai pejal yang hangat. “Prasshh… aaakhh…” Niken menggapai-gapai kepalaku agar selekasnya mengisap putingnya, sedangkan tangan kirinya mengocak secara halus penis kecintaanku. “Pras.. ayooo!” rengek Niken, tetapi saya melihat ke Boss-ku yang terlihat seperti anak kecil di tetek ibunya. Terlihat olehku penis Bram lucu memiliki bentuk, kecil sekali, patut saja Niken tetap terangsang. Bram memberikan kode supaya saya selekasnya lakukan keinginan Niken, lantas saya pelorotkan sedikit celanaku.
Saya selanjutnya jalan ke bagian lain meja dan atur posisi agar selekasnya lakukan penetratif ke vagina Niken. “Aoohh mmpphh… aaaghh…” Niken menggumam saat 1/2 penisku secara gampang membedah rongga rahimnya yang licin oleh tersisa sperma Bram. “Ahhggh ssshhh.. aaaghkkk…” Niken terlihat meringis saat saya memasukkan semua tangkai penisku ke vaginanya dan berasa olehku ujung penisku mendesak kandungan atasnya. Saya biarkan sebentar lama waktunya penisku terbenam dalam rahimnya dan nikmati kehangatan yang memancar dari genital kami masing-masing. Selanjutnya saya kocok penisku perlahan-lahan dan halus supaya kehangatan dan kasarnya semakin terasa bergesek dengan bibir vaginannya. Niken nampaknya sukai dengan yang kulakukan, ditambah saat Bram mulai mainkan bukit cantik di dadanya di mana putingnya masih nature dan kenyal. “Aaahgghh… ssshhh… sshhh… aagghhh…” Niken mulai menggeliat halus menyongsong apa yang dia harap. “Prasssh… aagghh.. kuu… agghh… aaakkhh…” sampailah Niken pada peristiwa yang diharapnya. Namun Niken tetap kuasai orgasmenya, hingga dia tidak terlarut dalam kepuasan pertama kalinya.
Saya memberikannya waktu untuk istirahat, dan saat saya akan mengambil air mineral, cepat-cepat Bram menghambatnya dan dia memberikan kode supaya masih tetap di dekat Niken, ini kali Bram yang layani kami. Kemudian dia ke bathtub dan merendam air hangat di situ. Saya ambil tissue di atas meja Bram dan saya oleskan halus di bibir vagina Niken yang basah oleh cairannya sendiri dan beberapa sisa paling akhir sperma Bram. Saya jongkok disebelah meja, lantas saya membuka lebar-lebar ke-2 kaki Niken, nampaklah sekarang bongkahan daging kemerahan yang rambutnya tercukur habis kembali bersih. Kutempelkan bibirku di bibir vaginanya untuk lakukan oral sex, dan saat saya membuka bibir vaginanya dengan telunjuk dan jemari tengahku terciumlah berbau wangi yang unik dari Niken. Saya menjilat dari pangkal anus Niken sampai segi vagina sisi depan demikian berkali-kali dan saya celah dengan gelitik ujung lidahku di mulut vaginanya. “Ooogghhk.. aaagghhmm.. punnhh.. aaahh… Prassstth… aaaghh…” Niken naik-lonjak, pinggulnya goyang kiri-kanan di meja berlapis kaca. Pantat Niken bebas bergerak karena sperma Bram dan mani Niken sendiri bersatu menetes di atas kaca meja itu.
Sesudah cukup lama oral sex pada Niken saya lantas berdiri dan melepaskan semua bajuku yang sejak dari barusan belum lepas. Niken buka lebar-lebar ke-2 pahanya dan memegang ke-2 tungkainya, matanya terpejam menyongsong kesan yang selekasnya ia alami. Ke-2 bibirnya yang seksi itu dia membuka memancing birahiku agar selekasnya menidurinya. Saya remas sendiri penisku dan makin mengeras dan panjang saja di depan Niken, selanjutnya perlahan-lahan saya lekatkan di mulut vagina Niken. Pas saat Niken menyibakkan rambutnya saya hujamkan perlahan masuk rongga rahimnya. “Prassshh… aaaooookkh mmmphh… mmpfff…” gumam Niken. “Mmmpphh… puaskan saya yach sayang…” rengek Niken manja. “Slerphh…” 16,5 cm penisku memenuhi lagi kandungan Niken. Saya biarkan diam tenggelam di kandungan Niken sekalian mainkan otot- otot penisku untuk memberikan rasa geli pada Niken.
“Prasshhh… ooaaakhh… aakhhh… mmpphhh.. sangat nikmat, pandai kamu Pras…” puji Niken. “Ingin lebih nikmat say..?” tanyaku. “Mpphhh…” Niken cuma pejamkan matanya menyongsong apa yang hendak saya kerjakan atas vaginanya. Perlahan tetapi tentu saya mulai mengocak kembali lubang rahimnya yang perat dan sempit tersebut. “Aaaghh… aaghhh… ssshhh mmfffh… terusshh… aaannggghh…” ceracau Niken. Saya sedikit menarik dadaku supaya badanku tegap berdiri dengan demikian kepala penisku akan secara gampang sentuh G-spot-nya. “Aaakkhhh.. yacchhh.. yaahh… mmpphhh… aaanggghhh yaahhh,” Niken makin terbenam dalam irama birahinya. Dia meremas sendiri ke-2 payudaranya dan terkadang putingnya dia ambil sekalian dipilin-dilepas kembali dan diulang kembali berulang-ulang hingga dia sendiri makin terbenam dalam irama yang menyenangkan ini. “Aaaghkku.. agh ahhk… aaahh… aahh.. aamphh…” Niken melepaskan ke-2 tangannya dari dadanya dan berpegangan kuat pada ke-2 segi meja. Kepalanya oleng mirip orang kesurupan lantas dadanya dia busungkan, pinggulnya bergelinjang sarat dengan nafsu birahi yang dalam. Kami makin jauh terbenam dalam irama permainan ini dan tidak mempedulikan Bram yang dengan rileksnya melihat permainan panas kami.
Tetapi saat Niken mulai tidak bisa kuasai dianya nampaknya Bram horny karena saya menyaksikan tangan kanannya kelihatan mengocak penisnya sendiri dan yang kiri menggenggam satu gelas Sampanye. “Nikeenn.. aak… aahhh…” saya tidak mampu meredam pergerakan spermaku dan bersama itu juga. “Prassshhh.. aaakh… aaaghhh…” Niken menjerit dan menggenggam kuat ke-2 segi meja, pinggulnya dia hentakkan kencang- kuat dan digabungkan goyangannya. Apa yang Niken kerjakan membuatku makin tidak kuat, dan sedetik selanjutnya saya pancarkan maniku banyak. “Aaagghh…” desahku keras. Ternyata renyutan penisku saat maniku terpancar mengakibatkan Niken kegelian dan cepat-cepat dia bangun lantas mendekapku erat-erat. Kami berdekapan mesra sampai tetes maniku paling akhir saya merasai. Sesaat saya menyaksikan muka Bram kelihatan tegang dan ke-2 giginya terkatup rapat, sedangkan tangan kanannya kelihatan makin cepat mengocak penisnya dan tiga detik selanjutnya dia kelihatan senang melemparkan senyuman ke kami. “Hem.. sudah senang Nik?” suara Bram itu mencengangkan kami.
Niken melihat ke Bram di bathtub lantas mengganggukkan kepalanya, lantas kami french kiss lama bak sepasang pacar.”Terima kasih Pras, entar malem tentu lebih hot,” bisik Niken. “Ha..” saya kaget. “Sudah ach entar tahu sendiri,” bisik Niken. “Hayoo… gagasan busuk apa itu kok bisik-bisik?” bertanya Bram bercanda. Niken tersenyum kecut lantas susul Bram ke bathtub. Sesudah membereskan bajuku, saya kembali lagi ke ruangku lantas mandi dan saya teridur di atas bangku kerjaku. Singkat dan tidak kuduga awalnya pertalian cintaku dengan Niken tetapi tetap berasa gigitannya tersebut ringkasanku waktu bercinta dengan Niken di ruangan Bram. Tidak berasa telah jam lima sore saat saya terbangun tetapi kusaksikan ruang Bram tertutup rapat, cemas janji dengan Sofi melar karena itu pintu saya ketok perlahan dan kudengar suara Niken menyilahkan saya masuk. “Masuk Pras!” suara Niken menyilahkan saya masuk. “Mana Pak Bram?” tanyaku saat menyaksikan Niken. “Sedang keluar,” kata Niken 1/2 mendesah. “Mengapa..?” saya membalas dengan 1/2 berbisik ada di belakang telinga Niken. “Masih berasa menjejal di sini Mas..” Niken menunjuk ke selangkangannya yang dia membuka melebar. “Punyai Mas besar dan panjang sih dan dasarnya mmmpphhh…” tambah Niken sambil menyeka-usap vaginanya sendiri dan membuat pergerakan bak ditiduri. “Akh sudah ah, entar kedapatan Bram lho,” kataku sekalian menuntun Niken berdiri.
Selanjutnya kami siap-siap menyongsong Sofi dan Bram yang hendak jemput kami petang ini. Kami duduk di lantai atas kantor kami sekalian minum ginseng yang dibelikan oleh security kami. Terlihat di luar tetap kelihatan aktivitas dermaga yang tidak pernah akan stop, kami juga terturut percakapan rileks. Pada akhirnya saya tahu jika Niken menampik jika didakwa simpanan Bram dan yang dia kerjakan hanya untuk uang dan karier. Dia ingin melakukan perbuatan demikian karena dikhianati oleh kekasih yang sangat dicintainya yang sampai hati menghamili gadis lain.
Dari Niken saya tahu jika Bram itu orangnya “Edi Tansil” alias Ejakulasi Awal Tanpa Hasil. “Baru diisep 2x saja telah ngecritt.. alias maninya muncrat,” kata Niken di suatu peluang. Kasihan betul kamu Niken, bisikku dalam hati. Lantas saya menarik napas dalam-dalam. “Oh ya Niken, apa tujuan kamu barusan itu?” selidikku. “Yang mana?” bertanya Niken lupa. “Itu lho, ucapnya kelak malem semakin lebih hot!” sahutku. Niken termenung sebentar. “Sebenarnya ini rahasia dari Bram, hanya karena barusan saya benar-benar senang dengan permainan Mas Pras pada akhirnya saya kelepasan bicara,” terang Niken. “Ini Mas Pras, sebenarnya Bram sudah mengetahui jika Sofi akan memberi bonus dalam rencana program asuransi tempo hari,” tambah Niken. “Terus…” tanyaku ingin tahu.
Niken kelihatannya berkeberatan, lalu termenung lantas berdiri dan meghisap dalam-dalam filter kegemarannya. Matanya menerawang jauh ke lepas pantai seakan ingin menumpahkan semua berat hidupnya di situ. “Nik..! kamu baik saja kan?” saya menanyakan pada Niken dan mendatanginya lantas kudekap Niken dari sisi kiriku. “Tidak! tidak apapun kok Mas,” ujar Niken mengubah tubuhnya menghadapku. “Tetapi muka kamu kok kotor demikian..?” saya coba supaya ia ingin sharing padaku. “Mas Pras! tetapi ini benar-benar rahasia, menjadi tolong taruh untuk Mas Pras saja,” pinta Niken. Saya tidak berbicara sepatah katapun karena saya rasa Niken telah yakin kepadaku. “Ini Mas…!” Niken mulai curhatnya kepadaku panjang lebar yang pokoknya sikap Bram yang mulai kelihatan menyampakkan Niken seperti barusan terjadi di antara saya, Niken dan Bram di mana Bram mengizinkan Niken saya tiduri. “Habis manis sepah dibuang,” kata Niken penuh kekecewaan. “Niken! dunia ini bukan hanya punya Bram atau punya kamu atau punya saya saja, tapi dunia ini luas,” hiburku. Secara jujur saya mengakui jika belakangan ini saya merasa kecewa dengan Bram yang makin otoriter saja dan ini berlawanan dengan pribadiku.
“Sebetulnya saya telah mempunyai perusahaan sendiri yang saya percayai pada salah seorang teman dekatku. Saat ini masih tahapan trial running dan memerlukan akunting officer, kebenaran Niken kan latar belakang-nya akunting punyai dan saat Niken siap Niken bisa berkarier di situ,” kucoba memberikan Niken alternative yang bagus. “Tapi…” Niken nampaknya sangsi tetapi selekasnya saya optimis. “Nik! apa saya seperi Bram dan… emhh, entahlah apa yang terjadi barusan mendadak saya tidak mampu menampiknya?” kutatap matanya dalam-dalam untuk memberikan keyakinannya, lantas saya optimis kembali dengan ciuman mesra di dahinya. “Saya tahu dan mahfum ke Mas Pras sebagai lelaki muda dan…” Niken stop berbicara sesaat seperti berpikiran suatu hal.sebuah hal. “Dan jantan…” ujar Niken dengan senyuman manisnya yang menyebar membuat mukanya berkilau lagi. Niken mengisap dalam-dalam kretek filternya mild-nya, lantas menyampakkan puntungnya ke vas bunga dekat jendela. “Mas, acara malam nanti ialah gagasan Bram supaya bisa melakukan kencan dengan sang Sofi dan Yeni bersama kita,” terang Niken.
“Bersama kita…” saya bingung. “Yach fivesome lah… dan telah menjadi rahasia umun kan ada banyak jasa seperti itu yang memberi bonus servis yang hot,” kata Niken datar. “Tetapi Mas Pras tidak perlu kuwatir, saya akan melepaskan semua kekecewaanku atas Bram pada Mas Pras, so bersiap saja yach,” mengancam Niken dengan senyumannya yang seksi yang makin menambah hatiku berbunga.”Dan Mas Pras akan menjadi raja malam hari ini,” ledek Niken. “Edan kali…” kataku perlahan dan mendadak saja HP-ku berdering. “Yes Boss…” jawabku pada Bram. “Saya sampai di Gajah Mada nich, menjadi bersiap saja, sekali celupkan bisa kok Pras,” lelucon Bram. Saya tidak memberi respon kalimat paling akhir Bram barusan sampai Bram tutup perbincangan kami. “Oh ya, kalian secara langsung saja ke Kopeng (Bram menyebutkan nama salah satunya wisma), kita bertemu di situ,” mengajak Bram. “Ok, Niken mari kita siap-siap.” Saya menggamit Niken menuruni tangga kantor kami ke arah Kijang kegemaranku. Diperjalanan ke Salatiga saya menyilahkan Niken untuk istirahat supaya tubuhnya kembali fit. 1 jam perjalanan saya dan Niken datang di wisma yang diartikan oleh Bram, Niken masih terlihat lelap, saya coba menggugahnya dengan mengecup halus bibirnya. “Mpphhh.. sudah nyampai yach…” Niken mulai sadar dari tidurnya.
Wisma itu besar sekali dan berada cukup jauh dari jalan raya Salatiga-Magelang, memiliki 4 kamar sama kelas president suite. Menyaksikan bangunannya ini termasuk bangunan baru tetapi ber-arsitek serupa bangunan lama. Bram telah tiba lebih dulu bersama Sofi dan Yeni yang terlihat mesra di kanan dan kiri Bram di koridor depan. Menyaksikan kehadiran kami Sofi lantas berdiri dan menyongsong kehadiran saya dan Niken. “Have a hot party,” ucapnya sekalian mengerlingkan nakal matanya. “Mari kita makan malam!” mengajak Sofi ke ruag tengah. Ruang tengah berhias lampu kristal mahal dan interiornya teratur rapi berhampar permadani merah menambahkan hangatnya situasi walau udara di situ berasa menggigit sampai ke tulang.
Kami lalu makan bersama-sama dan diteruskan berenang di warm water pool dan kemudian acara jalanan sekitaran wisma itu mengisap angin segar pegunungan bersatu wewangian sayur ciri khas pegunungan. “Nich room servis-nya, jika memang perlu apapun pencet saja extention 9 untuk room servis atau memerlukan suatu hal,” kata Sofi saat kami melalui sebuah bangunan saat kembali lagi ke wisma.Kami sekedar duduk di ruangan depan, sedangkan Sofi repot dengan menyiapkan ruang tengah. Niken sejak dari barusan bergelayut manja padaku terlihat acuh dengan Bram di muka kami yang merengkuh mesra Yeni. Terlihat kadang-kadang Bram mencium bibir Yeni bahkan juga terus-terang meremas selangkangan Yeni di muka Niken, Yeni sendiri ternyata juga “on” berat tidak mempedulikan sekelilingnya. “Rupanya brengsek sang Bram ini, tidak perduli hati Niken,” makiku dalam hati. Makin lama sikap Bram makin cuek saja, pada akhirnya saya menarik Niken untuk ke teras samping yang menghadap ke kebun sayur.
Kami berbicang enteng di situ mengenai sejuknya dan begitu cantiknya alam ini kurang lebih 1/2 jam kami menghabiskan waktu untuk bercakap. Saya dan Niken lantas masuk kembali lagi ke ruang sebelumnya dan saya perhatikan muka Yeni makin terlihat horny sekali, demikian pula Bram, tetapi mereka (Bram dan Yeni) tidak bisa mengawali sendiri pestanya harus bersama- sama. Muka Yeni tidak demikian elok tetapi bodynya yahut sekali, dadanya membusung, badannya putih mulus terurus, tungkainya lancir berkombinasi dengan bokongnya yang bundar padat mengisyaratkan jika power sex-nya tentulah meletus-letup dan saya percaya Bram cuma sekali goyang telah kelojotan. Sembunyi-sembunyi saya lebih bernafsu bila menyaksikan Yeni daripada Sofi, apalagi menyaksikan dahinya yang sedikit nonong pasti bongkahan selangkangannya tebal dan luas. Perfectly, bathinku. Darah lelakiku makin berhembus kuat.
Itil V3
Sofi sendiri orangnya montok berisi tetapi tidak bisa disebutkan gendut, persisnya ialah semok alias seksi dan montok, kulitnya kuning dan rambutnya pendek sebahu. Jam 19.00 Sofi menyilahkan kami untuk masuk tempat dan perlahan-lahan gorden penutup koridor sutera merah tersebut tertutup demikian juga untuk gorden jendela yang lain dan mendadak ruang beralih menjadi hangat. “Berikut bonus itu Mas Pras,” bisik Niken di antara cara kami ke ruangan tengah. Betul-betul bonus yang luar biasa dan saya sebelumnya tidak pernah habis berpikir akan ini, lantai ruang tengah tadi beralas karpet merah sekarang berlapis kain satin halus, entahlah apa tujuan dari interior ini, saya tetap menanyakan dalam hati.
Kami telah dibalik gorden itu dan ada di ruangan tengah tetapi Sofi menerangkan ketentuan bermainnya yakni semua peserta harus melepaskan baju yang berada di badan kami masing-masing serta untuk yang wanita silahkan rias secantik-cantiknya di washroom yang ada, dan untuk laki- laki dipersilahkan ambil suplemen penyegar badan supaya masih tetap bugar. Saya menyaksikan terlihat ada beberapa macam dan bermacam warna vibrator yang ada sisi tepi segi meja yang lain membuat acara pesta ini terlihat lebih komplet.
Sofi bak seorang guide profesional memberikan panduan ke lainnya dan saya pada akhirnya bisa menerka jika sesaat lagi bakal ada nude party. Saya terperanjat saat menyaksikan Niken barusan keluar washroom, di ikuti Yeni, selanjutnya Sofi, muka ke-3 nya anggun berhias bibir sensual yang merah melawan dan masing-masing punyai kelebihan, sang elok yakni Niken, sang hyperseks yakni Yeni, dan sang semok Sofi. Berbau wangi lebih menyodok ke ruang, dan saya menyaksikan Bram jakunnya makin cepat turun-naik tanda birahinya telah di ubun-ubun. Sofi dan Yeni mendekati Bram, sedangkan Niken merapat ke arahku, saya menyaksikan Bram bergelayut mesra di dada Yeni karena Bram orangnya cukup pendek dan Yeni menggunakan sepatu hak tinggi. Saya dan Niken tersenyum geli saat Bram menyusu Yeni sekalian jalan ke meja ke ruang itu karena terlihat lucu. Musik mengalun halus menambahkan hangat situasi acara pesta ini dan saya makin terbenam dalam pelukan bibir Niken.
Setiap pojok ruang ada monitor 29 inchi tampilkan film sex hingga menambahkan panas situasi acara pesta ini. Udara juga tidak lagi berasa dingin malah makin berasa sangat panas oleh pesatnya saluran darah kami masing-masing. Saya dan Niken ambil satu gelas sampanye lantas sama-sama suap sekalian berdansa mesra, sama-sama peluk sama-sama cumbu dan sama-sama pagut. Badan kami imbang karena Niken memakai sepatu memiliki hak tinggi hingga pinggul kami juga pas bersinggungan. Ke-2 telor penisku berasa menyeka halus bibir luar vagina Niken membuat kami terkadang bergidik kegelian bersatu nikmat. Bram yang sejak dari barusan terlihat sudah tidak tahan ingin selekasnya meniduri Yeni minta Yeni mengambil buah anggur hijau di tengah-tengah meja. Karena tempat buah anggur itu di tengah-tengah meja karena itu ringkas Yeni harus menungging waktu ambilnya. Tetapi bukan Bram jika tidak melakukan perbuatan demikian, karena demikian Yeni kelihatan mengusung tumitnya karena itu mengembanglah vagina Yeni lantas cepat-cepat Bram jongkok dan mencumbui vagina Yeni dari belakang. “Aaaghhh…” Yeni terlihat terkejut tetapi menikmatinya dan acara “ambil anggur” itu juga beralih menjadi acara “jilat kacang”.
Yeni memang pintar memasangkan umpan atas Bram, ia nikmati jilatan untuk jilatan Bram dengan desahannya. Bram banyak makan garam, karenanya permainan lidah Bram, Yeni makin mendesah luar biasa dan di ikuti lenguhan-lenguhan nikmat. Bram menjilat dari lubang anus yang sedikit memeras di depan ke arah bibir sampai pojok bibir vagina sisi depan selanjutnya stop mainkan ujung lidahnya di klitoris Yeni. “Aaaoohh sshhh.. oohhss hhh.. oohh.. ssshhh.. aagg… oohhghh,” Yeni ternyata dekati orgasmenya. Sofi selanjutnya dekati Yeni dan jongkok antara Yeni dan meja
Secara cepat Yeni tidak sanggup meredam kesan itu, lantas Yeni juga melenguh panjang, mukanya mendangak meregang orgasmenya. “Aaoughh mmpphhh.. aaahkk.. aahhk.. aampphh.. sshitthhogghhh.. sshhh…” ceracau Yeni, matanya mendelik selanjutnya terpejam, pinggulnya dia putar-putar meng ikuti irama lidah Bram. Demikian juga bokongnya dihetakkan halus selaras tusukan jemari Bram yang makin cepat temponya dan tidak teratur. “Aaooghh.. aaashh sshhh… mmmpphh… aaahhggh,” Yeni melenguh nikmati beberapa detik akhir orgasmenya. Yeni selanjutnya menyibakkan rambutnya dan menuntun Sofi untuk duduk di atas meja, lalu dengan cepat Sofi selekasnya buka lebar-lebar pojok kakinya. Yeni mulai mainkan ujung lidahnya belahan vagina Sofi. “Oogghh.. Yenn… ssshhh… aahh mmpphh… hangat Yennhh…” gumam Sofi. Sekembali Bram dari minum dia lantas mendekati Sofi dan kelihatan mencumbui Sofi secara halus. “Oogghh.. Mas… Brammh… aakhkh… mmpphff…” mulut Sofi tersumpal oleh bibir Bram.Sofi melenguh, terkadang mendesah manja, membuat saya dan Niken makin terbawa oleh birahi. “Nikhh.. aaku masukkan yach…” bisikku dalam telinga Niken lalu mainkan belakang telinganya.”Hem.. aaoghhh.. gelli.. Mass…” desah Niken. Saya sedikit membungkuk lantas tanpa diperintah Niken menolong menuntun penisku masuk vaginanya. “Aahhghh.. hangat.. mpphh…” udara hangat mulai menyebar ke badan Niken dari selangkangannya mengucur ke semua anggota badan. Rasa pejal dan hangat mulai memasuki ke muka Niken yang sekarang mulai terlihat memeras, di lain sisi saya rasa bukit vaginanya makin menyembul karena tersumbal oleh penisku.
Saya mulai mengocaknya perlahan-lahan selaras musik halus, kadang-kadang Niken menghindari badannya dari saya agar semakin menanamkan gigitan vaginanya yang makin hangat kurasa. Sofi mulai dekati detik orgasmenya dan bersama itu juga, “Ngghh… aaampphh… aaakkhh.. ogghhh… Mas.. Prasshh… aakk… ooh.. aaaghhh…” Niken menggeliat luar biasa dalam pelukanku, ke-2 kakinya menegang luar biasa meredam badannya yang tergetar. Saya selanjutnya menarik sedikit pinggulnya ke bawah hingga ke-2 pahanya sekarang lebih lebar terbuka dengan begitu saya punyai peluang untuk memberikan dalam-dalam keseluruhannya penisku yang panjang. “Aaghkk… ohhh mpmpp.. sshhh.. aaghhh.. aaghhh… sshhh..” Niken meraih orgasmenya, benar-benar spektakuler badannya merengkuh hangat badanku. Saya rasakan cairan hangat menyirami penisku yang tetap berdenyut, lantas kami kembali ke irama dansa, sedangkan penisku tetap menancap di kandungan Niken. Saya menyaksikan di dekat meja sudah ganti posisi, dan Sofi menggenggam vibrator hidup memainkan di vagina Niken terduduk di atas meja dengan 1 kaki dia angkat dan satu kakinya bertopang di lantai.
Dari belakang Sofi, Bram mengocakkan pensinya di vagina Sofi tetapi terlihat tragis karena vagina Sofi yang gendut dan tebal itu beradu dengan penis kecil hampir tidak terlihat. Saya sebelumnya sempat melihat Bram waktu masukkan penisnya ke vagina Sofi yang terlihat tergopoh-gopoh dan begiitu masuk semuanya Bram mendesah. “Oohhgghh… hangat Soff…” desah Bram. Sofi mulai menggoyang pinggulnya secara teratur, putar, kadang-kadang menghentak ke pangkal penis Bram. Bram kusaksikan kelojotan mendapatkan gempuran Sofi, begitupun Yeni yang mulai mendesah kepedasan oleh kesan vibrator yang sekarang dia mainkan sendiri. Sofi terbenam dalam alunan birahinya lalu menggoyang cepat dan tidak teratur membuat Bram makin tergetar dan “Aooghhh.. mmpphh… aakk.. keell…” teriak Bram menyongsong semprotan spermanya. “Ttt… tungguu… aahkkkuu.. aaaooghhh.. aaooghg.. aammpphh asshhh aahh.. shhh…” Bersama itu juga sofi tegang dan sedetik selanjutnya badannya tergetar. Bersama itu juga penisku makin berdenyut karena nafsuku dan ini menambahkan gelitik di vagina Niken, lantas Niken juga terbenam dalam orgasme yang ini.
Bram dan Sofi selanjutnya berangkulan dan berpagutan mesra jalan ke arah sofa di salah satunya pojok ruang. Beda hal dengan Yeni yang terlihat putus telah jemu dengan permainan vibratornya, selanjutnya dekati saya dan Niken. Yeni mendekapku mesra dari belakang vaginanya yang tetap menyembul karena birahinya dia gesekkan sendiri ke bokongku. Kepuasan yang saya rasa ini kali benar-benar nikmat, saya berdansa dengan 2 bidadari dan ke-2 nya mendekapku dengan mesra. Penisku juga kurasa makin berdenyut tidak teratur mengisyaratkan saya selekasnya pancarkan sperma. Tetapi karena Niken sedikit raih sesudah 2x orgasme dia menuntunku ke arah dekat meja. “Plopphh..” suara penisku saat terlepas dari gigitan vagina Niken. Niken melenguh lantas duduk disebelah meja untuk ambil sampanye lantas memberikan kode supaya saya melanjutkan permainanku.
Saya rebahkan Yeni di shatin putih, ke-2 pahanya saya membuka lebar-lebar dan makin mengembanglah vagina Yeni. Tidak saya menyia-nyiakan kesempatan kali ini untuk mengecup, mencumbu dan menjilat vagina Yeni yang tetap bersih (untung Bram meniduri Sofi dahulu). “Aahghhh.. aapap mmhhh.. appmmhh… aaakkhh.. sshh,” Yeni mendesah, tangannya meremas dan memilin putingnya. Niken responsif akan ini lantas dekati Yeni dan menempatkan kepala Yeni di pahanya, selanjutnya Niken mainkan puting Yeni dengan mulutnya. Rabaan dan remasan tangan Niken membuat Yeni makin bergelinjang luar biasa dan percepat orgasme Yeni yang sejak dari barusan terganggu. “Aaagghhh… oooghhh.. oopppmmhhh… sshhh… shiitt hhh… aaahhkkk…” Yeni memulai orgasmenya dengan lengkingan panjang. Selanjutnya Yeni makin bergelinjang dalam lenguhan-lenguhan panjangnya, badannya hangat tersumbal oleh penisku sementara pada bagian lain Niken menambahkan kesan di putingnya. “Aaaghhkk.. kkuu.. mmppphhh… maauuh… aaghhh…” Orgasme selanjutnya susul, apalagi sesudah penisku kudorong lebih dalam membuat Yeni histeris.
Badan Yeni tetap bergelinjang, pinggulnya dia putar goyang dengan irama tidak teratur makin cepat dan makin cepat, lantas saya rasa spermaku telah bergabung di ujung penis mengakibatkan penisku makin mengeras. Makin pejal dirasa oleh Yeni dan Yeni meraih lagi orgasmenya yang terasanya tidak ada akhir.”Yennhh.. aakuu…” desahku saat akan meraih ejakulasiku. Yeni bangun dan melepaskan gigitan vaginanya, cepat-cepat dia raih penisku dan sesaat telah ketelan dalam mulut seksi Yeni.
Kocokan tangan berkombinasi dengan sedotan terkadang permainan lidah Yeni membuatku tergetar luar biasa dan saya sekarang yang berdiri pada ke-2 lututku berasa ingin berdiri dan melepaskan semua sperma yang berada di kantong spermaku. “Uughhh.. shhh… Yennh… oookhhh… hisapphhh… ooghh…” ceracauku saat mendekati ejakulasiku. “Sssrrr… rotth.. crothh… crothhh…” entahlah berapakah semburan maniku menyemburkan di mulut Yeni. “Agghhh…. aampphhh.. oogghhh… hh… mmppphh…” saya tetap nikmati beberapa sisa orgasme. “Ooghhh.. udahh… aaahhh…” pintaku pada Yeni saat menjilat habis beberapa sisa sperma yang menetes dari lubang kencingku. Lega rasanya semua birahiku tersalurkan sesudah demikian lama menutup.
Malam makin terlarut lantas kami istirahat sesudah habiskan minuman yang terdapat. Bram lantas ke arah kamar dan minta Niken melayaninya di situ, lantas saya mengejarn ya, sedangkan Sofi dan Yeni ke washroom untuk beres-beres. Niken meraih orgasmenya saat saya dan Bram menidurinya, karena penis Bram kecil karena itu saya anjurkan dia lakukan melalui anus Niken sementara penisku yang panjang saya hujamkan dalam-dalam ke kandungan Niken. Niken bergelinjang luar biasa karena permainanku dan Bram. Bram selanjutnya tertidur karena kecapaian didampingi oleh Sofi.
Saya sendiri ajak Yeni dan Niken ke kamar yang lain dan habiskan malam panjang sampai ke spermaku berasa benar-benar berasa kering telah dan pada akhirnya saya tertidur dalam dekapan dua bidadari. Kami terjaga nyaris bersama saat matahari telah tinggi lantas ke arah kolam renang dan merendam di situ sekalian makan pagi pagi. Sore hari kami baru kembali lagi ke Semarang dengan bawa bonus yang tidak terlewatkan.
Comments are closed.