Cerita Sex Saya Sendiri Berhubungan Dengan Setan Atau Goib

Cersex BersambungMenjawab permintaannya, kumasukkan lidahku ke vaginanya dan kugerakkan menari dengan liar dalam vaginanya sekalian mulutku mengisap bibir vaginanya dan klitorisnya. Mbak Lasmini juga menjawab kegarangan lidahku dengan makin cepat dan bergairah memaju-mundurkan bokongnya membuat vaginanya menghajar mukaku.

Benar-benar liar dan nakal cewek elok ini. “Ohhh.. ohh.. ohhh.. Mas… oohhh..” Makin liar Mbak Lasmini mengeluh dan menghajarkan vaginanya pada mulutku, makin bergairah saya mainkan vaginanya dengan lidahku, sedangkan nafsuku yang tetap kepancing membuat penisku menegang lagi keras. “Ah.. ah.. ah.. Massss.. aaakkhhh!” Tiba-tiba badannya menggeliat luar biasa dan jeritan keras mengikuti sentakan paling akhir bokongnya maju menanamkan vaginanya pada mulutku yang mengisap lendir orgasme yang menetes dari vagina Mbak Lasmini, sedangkan pahanya kaku menjepit kepalaku dengan kuat dan ke-2 tangannya yang meredam posisi badannya mencekram sprei dengan kuat.

Manis dan nikmat kurasakan lendir orgasmenya. “Nnnggghhh.. nikmat..ohhh..” ia mengeluh sekalian terus menjaga capitan kakinya pada kepalaku dan penekanan vaginanya pada mulutku yang tetap mengisap bibir vagina dan klitorisnya. “Ohhh..Massss…” tiba-tiba badannya melemas dan jatuh di atas kasur, melepaskan kepalaku dari capitannya. Saya memanjat badannya dan mengecup bibirnya secara halus yang disongsong pagutan liar lidah dan bibir bergairah.

Kami berciuman dan sama-sama melilit lidah sesaat sampai pada akhirnya dia melepaskan bibirku dengan napas tersengal-sengal dan kami berangkulan kuat.”Hhhh, Mas Sonyyy.. nikmat, Mas..” Kami berangkulan sesaat, sekalian saya secara halus dan perlahan- tempat mulai menggesekkan penisku yang sudah menegang lagi. Dia lantas melepas dekapannya dan turun dari tempat tidur. Saya menyaksikan badannya yang cantik dengan rambutnya yang panjang dan badannya yang putih dan seksi. Tidak lama ia bawa lagi sebotol air dingin dan sebuah gelas. Dia isi gelas dan memberinya padaku. “Mari Mas Son, airnya diminum, sama air ini Mas bisa menjadi pacarku selama-lamanya.

Di mana saja Mas ada, saya akan dari sisi Mas. Mas cukup panggil namaku karena itu saya akan tiba.. ingat itu ya Mas…” ucapnya cukup agak aneh tetapi tidak kuhiraukan. Kuambil gelas dari tangannya lantas minum air dingin tersebut. Kutarik badan Mbak Lasmini sampai tiduran, lantas kutempel bibirnya dengan bibirku. Dia buka mulutnya dan kugigit lidahnya yang menjulur ke mulutku. Dia kaget, tetapi dia tersenyum, “Mas Sony nakal ah…” Mukaku tetap di atas mukanya, dan dengan nakal kuteteskan air liurku ke bibirnya. Dia kembali tersentak, tetapi dengan nakal terima air liurku dan permainkannya dengan lidahnya saat sebelum mengisap semuanya ke mulutnya. “Nakal nih! Membuat saya tambah terangsang saja!” ucapnya sekalian mencubit hidungku. Kami sama tersenyum, lantas kembali sama-sama berciuman sesaat sampai dia buka kakinya sampai terkangkang sekalian meraba-raba penisku yang telah tegang itu di muka selangkangannya.

“Mas, mari donk.. Masukkan kembali.. tidak tahan nich…” “Oke… sayang…” Sekalian berbicara demikian, kutekan penisku yang dibantu oleh tangannya ke bibir vaginanya yang rupanya sudah kembali basah oleh lendirnya. “Sslllppp…” secara gampang semua penisku masuk ketelan oleh lubang vaginanya. Kugerakkan bokongku mundur-maju perlahan-lahan sekalian nikmati gesekan dinding vaginanya yang basah berlendir tersebut. “Hhh.. mmmhhh… Mini sayang.. hhmmm..” “Ohhh, Mas Sony.. mmmhh..” Sekalian terus gerakkan bokong mundur-maju selaras hingga kepuasan persetubuhan berasa secara halus oleh kami berdua, kami juga berciuman secara halus dan tidak liar seperti barusan. Ciuman dan hisapan pada bibirnya betul-betul kunikmati secara halus selaras dengan sikatan halus penisku pada vaginanya. “Hhhh. hhh. hhh..” “Mmmhhh.. Mbak, I Love You, ohhh..” “Ohhh, Mas.. ohhh, Miniii… juugggaa.. ohhh… teeerruusss.. Maaasss..” “Oh Mbak.. ohhhh.. hngk.. hngk.. hngk..” “Oh Sayanghhh.. sayanghhh.. terus sayangghhh.. ohhh…” Makin lama, makin liar kami sama-sama serang keduanya.

Bokong kami sama mundur-maju makin cepat dan keras. Kuremas buah dadanya dan kujilati sesekali sementara ia menjambak rambutku. Ke-2 kakinya memutari pahaku seolah ingin menolong pergerakan bokongku supaya sikatan penisku menancap makin keras dan pada dalam vaginanya. “Ohhh.. Massss.. teruussss… ohhh..” “Ohhh… ” Pergerakan bokong kami telah makin liar dan cepat, dan badannya juga terbanting-banting lepas kendalian di kasur dengan mata terpejam rapat. Tiba-tiba dia menggigit bibir sebentar lantas melepaskannya dengan teriakan kecil. “Akhhh! Maaasss… Miniii… nggghhaaak tahhh.. aaahh.. aahhh!” Kembali jeritan panjangnya mengikuti sentakan bokongnya yang liar dan keras menanamkan penisku sedalam-dalamnya pada vaginanya, sedangkan badannya dengan liar tersentak bangun dari sikap tidur jadi 1/2 duduk dan tangannya menarik bokongku semaksimal mungkin sampai penisku betul-betul menancap sedalam-dalamnya dalam vaginanya yang kontraksi dengan liar beberapa menit sebelumnya terakhir ledakkan orgasme luar biasa yang melepaskan curahan untuk curahan lendir orgasme.

“Aaahh…” Badan Mbak Lasmini melafalkanng luar biasa dan kepalanya terlontar ke belakang dengan liar sementara tangannya yang kiri meremas bokongku dengan keras sampai kukunya menancap di bokongku. Tanpa tersadarkan ia menggigit dadaku sampai keluar darah sedikit. “Masss… Sonnn.. ohhh..” Panorama liar menarik di muka mataku ini memancing ledakan kepuasan dalam badanku yang menggempur ke tangkai penisku yang seolah mampet tersebut. “Ohh.. akhhh..” dan pertahananku juga bobol . “Crrraatt.. Crriittt.. Crrrooottt…” semburan untuk semburan air mani kental dan panas kembali muncrat dari penisku, penuhi vaginanya sampai demikian penuh dan menetes keluar membasahi paha kami berdua.

Saya merengkuh kuat badannya yang sudah basah kuyup oleh keringat kami berdua dan kuhisap dadanya dengan tidak teratasi hingga kembali tercetak cupang membiru di atas putingnya. “Crrraaattt!” Dengan muncratan terakhirku, aku juga melemas dan kami roboh bersama di kasur. Saya sangat terasa lemas, hingga aku juga jatuhkan diri dari sisi Mbak Lasmini yang sudah terbaring lemas.

Kami diam terkapar sesaat dengan napas terengah-engah. Lantas saya melihat Mbak Lasmini yang menarik itu dan membelai- belai rambutnya. Ia juga melihat melihatku dan kami sama tersenyum berbahagia. Lantas, kami juga tiduran berangkulan. Sepintas kusaksikan jam dinding memperlihatkan waktu jam 04:30 WIB. saya cuma punyai sedikit waktu kembali untuk tidur. Kupeluk erat-erat badan Mbak Lasmini dan kusaksikan ia tidur nyenyak di sampingku. Tidak berasa, aku juga tertidur. Tetapi baru sepotong, pintu diketuk di luar. Saya selekasnya bangun dan turun dari tempat tidur dan buka pintu. Saya sudah mengetahui, tentulah sang Andrey atau Erik yang mengetok pintu, karena hari telah pagi dan kami harus segera pulang.

Rupanya memang sang Andrey yang mengetok pintu. “Telah jam 1/2 lima Son, cepatan bersiap..” ucapnya. “Sorry, saya masih tetap ada tamu…” kataku tersenyum. “Agar kubangunkan dulu…” kataku kembali. “Tamu?” bertanya Andrey sekalian melihat ke ke kamar. “Mana?” Aku juga melihat dan memperlihatkan dengan jariku ke tempat tidur. Tapi betapa terkejutku saat menyaksikan tempat tidur telah kosong. Tidak ada badan Mbak Lasmini yang telanjang, tidak ada BH dan CD dan bajunya yang berantakan di lantai, tidak ada sandalnya, tidak ada siapa saja. Bagaimanakah mungkin Mbak Lasmini demikian cepat pergi? Kusaksikan jam dinding memperlihatkan waktu jam 04:40 WIB. Bagaimanakah mungkin dalam kurun waktu hanya 10 menit Mbak Lasmini pergi dengan bawa semua bajunya yang berantakan? Ah, mungkin ia malu dan bersembunyi di dalam kamar mandi. Karena itu, aku juga selekasnya menyaksikan ke kamar mandi, sedangkan sang Andrey mengambil langkah masuk sekalian menyaksikan ke semua pojok ruang tidur.

Rupanya kamar mandi kosong. Saya betul-betul terkejut dan ketakutan. Lalu ke mana perginya Mbak Lasmini? “Mana tamunya Son?” bertanya Andrey. “Kamu ini ada saja lha wong barusan kamu tiba dan masuk ke dalam kamar sendiri begitu lho!” “Saya barusan dengan cewek elok namanya Lasmini, Ndrey…” kataku 1/2 takut. “Saya barusan menyaksikan masuk kamar sendiri Son. Saya tidak saksikan ada cewek bersamamu.” ucapnya. “Tidak Ndrey… saya membawa rekan cewek barusan. Saksikan ini di samping atas dadaku ini ada sisa gigitannya masih ada…!” saya ngotot. “Lalu di mana ia saat ini koq tidak ada?” paksa Andrey. “Jika tidak percaya… mari kita bertanya sama penerima tamu,” ajakku sekalian kenakan sarung.

Kami juga lantas ke loby dan kebenaran penerima tamu yang pekerjaan tadi malam belum pulang. Saya selekasnya mendatanginya dan menanyakan, apa barusan pagi saya pulang sendiri atau bawa rekan cewek? Dengan rileks ke-2 penerima tamu itu menjawab jika saya pulang sendiri. Ah Saat? “Iya Pak, anda barusan pulang sendiri.. Masak kami berbohong?” jawab ke-2 nya. “Jadi saya tidak bawa wanita barusan?” desakku kurang yakin. “Tidak Pak, anda sendiri tadi…” Waktu itu Erik yang telah usai atur tas di bagasi mobil Masuk. Ia menanyakan ada apakah dan saya coba menerangkan. Erik ketawa, “Kamu ini ada saja Son,” ucapnya. “Wong saya saksikan kamu Masuk kamar sendiri koq…” Sebelumnya diduganya saya dibuat-buat dan ke-2 temanku itu menanggapinya dengan canda juga. Tetapi sesudah saya bersumpah “pocong” dan berbicara serius, ke-2 nya turut ketakutan. Menurutnya saya sudah bercinta dengan hantu penunggu pemandian Watugede yang berbeda bentuk menjadi cewek elok.

“Karena itu jangan sukai nglayap di beberapa tempat demikian,” kata Erik. “Jika ingin nyepi ya benar-benar bersih, jangan ngawur, ada cewek elok di jalan diembat saja.” ucapnya kembali. “Jera!!” Saya tidak berani lagi sendiri ke kamarku. Saat saya beres-beres, kusuruh Andrey dan Erik duduk di tempat tidur. Saya betul-betul takut dan tidak habis memahami bagaimana hal tersebut dapat terjadi pada diriku. Menyaksikan tempat tidur yang kusam itu saya menjadi takut.

Apalagi saat kusaksikan sisa spermaku membasahai sprei dan guling… hiii.. rupanya saya sudah bercinta dengan hantu! Tetapi sedap lho pembaca.. upsss. Sama persis jam enam kami tinggalkan hotel untuk ke Surabaya. Mobil jalan rileks pada tangan Andrey yang bekerja sebagai pengemudi kami. Tetapi cocok melalui “Patung Ken Dedes”, saya terkejut meminta ampun di muka duduk bersila Mbak Lasmini dengan baju kerajaan kuno ia tersenyum padaku. “Jangannn… ohhh.. tidakkkk..” teriakku. “Ada apakah Son, koq berteriak-teriak..?” bertanya Erik. “Itu… ia ada di muka patung itu…” kataku sekalian menunjuk ke patung. “Ah.. kamu ada saja. Wong tidak ada siapa saja disana,” kata Erik. “Sudahlah… tidak perlu berbicara itu kembali. Seharusnya loe tidur saja Son… ya,” kata Andrey.Kurang dari 1/2 jam kami telah dekati tapal batasan Singosari. Erik dan Andrey mengetepikan kendaraan di samping kanan untuk beli apel Batu di pasar buah Mandoroko. Karena tetap diselimuti perasaan takut dan risau, saya tidak turut turun. Saya titip saja 5 kilo rambutan Aceh dan 5 kilo apel apalagi.

Duduk saja melihat aktivitas beberapa pedagang buah dan beberapa orang kaya yang membeli, hatiku sedikit damai. Kucoba hilangkan bayang-bayang Mbak Lasmini dari mataku. Cewek itu benar-benar hebat dalam ngeseks semalam. Karena mungkin ia bukan manusia karena itu ia dapat melakukan dengan baik sekali.

Tapi, apa kelak tidak ada dampaknya pada diriku karena sudah bersetubuh dengan hantu elok? Saat saya sedang merenung tersebut mendadak mataku menyaksikan sosok badan ramping di seberang jalan, di muka pompa bensin. saya betul- betul kaget sampai terlonjak dari tempat dudukku. Mbak Lasmini berdiri di situ sekalian melihat ke arahku.

Bibirnya tersenyum dan mukanya cerah sekali. saya ketakutan sampai berkeringat. dan mataku melotot ke seberang jalan. “Hah… mengapa kembali kamu Son?” teriak Erik sekalian menggenggam keningku. “Keringatmu dingin dan banyak!” “Ada apalagi sich Son?” bertanya Andrey. Saya tidak dapat menjawab karena takut.

Saya berusaha menyebutkan nama Mbak Lasmini, tapi tidak ada suara yang keluar mulutku yang hanya dapat komat-kamit. Tetapi saya sukses mengusung tangan dan menunjuk ke seberang jalan. Ke-2 temanku selekasnya meng ikuti arah yang kutunjuk. “Ada Son? Pompa bensin?” bertanya Andrey bingung. “Bensinnya telah diisi koq!” “Las… Lasm… mini!” Pada akhirnya nama itu melaju dari

Ia memang elok sekali seperti dewi dari kahyangan. Mungkin jika ia turut pemilihan “Miss Universe” ia akan keluar sebagai juara. Lantas, ia sekarang melambaikan tangan ke arahku. Tetapi ke-2 rekanku tetap mengatakan tidak menyaksikan siapa saja. Walau saya ketakutan 1/2 mati, ke-2 rekanku enak-enakan saja. Andrey selekasnya menstater mobil melaju lagi di jalan raya secara pesatnya.

Mataku tidak lepas melihati Lasmini yang tetap berdiri disitu sekalian mengangkat tangan. saya sampai mengubah badan dan melihatnya lagi hingga lenyap dari kejauhan. Saya tidak berpura-pura, tidak mengada- ada. Yang kusaksikan itu betul-betul Lasmini, cewek elok yang pagi hari barusan bercinta denganku! Semua tidak yakin, tapi tersebut yang kualami dan Tuhan tentu tahu apakah yang sebetulnya terjadi! Oh… nasibku…

Comments are closed.