Ternyata mereka tidak tahan memikirkan narasi di computer Lia, apalagi menyaksikan performa Lia malam itu yang cuma berdaster terbuka. “Tuch kan, menjadi keras nih punyaku.., mari pegang..!” kata Doni sekalian tarik tangan Lia dan ditempelkannya di tangkai penisnya sekalian penis Ferry. “Eh, ngapain nih pada..?” bertanya Lia sekalian cukup meronta.
Cersex Bersambung – “Sudah dech, pegang saja..!” kata Doni yang mendadak menyelusupkan tangannya ke daster Lia sisi atas langsung ke bawah sampai sentuh gundukan buah dadanya yang tidak ber-BH tersebut. Lia segera menggelinjang rasakan usapan tangan Doni di bagian sensitifnya yang memunculkan kesan tertentu, hingga Lia tak lagi meronta dan justru nikmati pegangan tangannya pada tangkai penis Ferry dan Doni.
Ferry juga tidak ingin kalah, tangannya turut masuk menggerayangi buah dada yang kiri sekalian memilin-milin halus puting Lia yang makin mengeras. “Aaah.., ssshh..,” desahnya rasakan kepuasan sekalian tangannya terus memegang dan kadang-kadang mengocak tangkai penis mereka. Mereka serempak hentikan aktivitasnya, dan memerintah Lia berdiri dari bangku ke arah tempat tidurnya.
Daster Lia yang tidak karuan menyokong badannya langsung lepas bersama dengan tangan Ferry yang memikat cepat tali dasternya. Sekalian memegang tangan Lia, sekarang mereka bisa bebas menyaksikan kemulusan badannya yang tinggal berbalut CD mini tersebut.
Lia diminta stop di dekat tempat tidurnya, di mana saya telah duduk menanti, duduk di tepi tempat tidurnya tanpa baju. Lia makin pasrah sekalian berdiri waktu Ferry dan Doni melebarkan ke-2 tangannya, dan memulai menciumi mulai dari ujung jemari sampai ke lengan sisi atas. Bulu-bulu lembut Lia segera berdiri terima tindakan ini. Ciuman dan permainan lidah Ferry dan Doni di sepanjang kulit tangan Lia membuat seperti terbang melayang-layang.
Rintihannya makin mengganas saat mereka meningkatkan tangan Lia ke atas dan menyelusupkan bibir-bibir mereka ke ketiaknya. Jilatan-jilatan Ferry dan Doni yang tidak pernah Lia merasai awalnya itu, membuat Lia menggeliat kegelian penuh rangsangan. Kepalanya yang menengadah ke atas langsung disongsong kecupan Doni dari sisi leher dan telinganya, sedangkan Ferry melanjutkan jelajahan bibir dan lidahnya yang liar ke samping pinggang Lia. Sementara tangannya di atas menggenggam kepala Doni yang asyik telusuri telinga dan tengkuknya, saya berdiri dari tempat tidur dan tidak kusia-siakan buah dadanya yang membusung itu dengan kukecup halus disekelilingnya.
Putingnya yang muncul kujilat, kukulum dan kuhisap berganti-gantian yang membuat badannya tergetar luar biasa meredam nikmat. Desahan dan erangannya yang makin mengeras tidak ada kembali, karena mendadak Doni membekap mulut Lia dengan mulutnya yang liar sekalian memiringkan kepala Lia. Harus Lia layani permainan bibir dan lidah Doni yang menari-nari dalam rongga mulutnya. “Mmph… mmph..,” erangnya di tengah-tengah luar biasanya gempuran kami bertiga. Sementara itu Ferry telah ada di bawah badan Lia yang asyik menciumi belakang tangkai kakinya dimulai dari paha, betis sampai tumit kakinya.
Tangan Ferry yang semula meremas-remas bokong Lia, tiba- datang demikian cepat turun ke bawah bersama dengan CD-nya, sampai pada akhirnya tidak satu helai benang juga melekat di badan Lia. Panorama cantik gundukan vagina Lia tidak kusia-siakan dengan bibirku yang telah turun dari melumat buah dadanya jadi ke perutnya.
Sesudah senang memutar-mutarkan lidahku di sekitar perut dan pusarnya, saya kembali duduk di tepi tempat tidur dengan posisi mukaku bertemu dengan vagina Lia. Tanganku selanjutnya menarik pinggulnya lebih merapat ke mukaku, dan bibirku langsung mengecup gundukan vagina Lia secara halus yang membuat menggelinjang rasakan kesannya. Tidak senang dengan itu, semakin kuturunkan badanku ke bawah dengan posisi berlutut. Tanganku selanjutnya renggangkan kakinya, sampai vagina Lia terbuka bebas menggantung di muka mukaku.
Selang beberapa saat kubenamkan mukaku ke selangkangan Lia yang selanjutnya di ikuti oleh usapan lidah Ferry di sekitar pipi bokongnya. Lia makin luar biasa menggeliat, apalagi saat saya mulai menjilat dan menghisap klitorisnya dari bawah yang membuat vaginanya makin basah. Lia tidak tahan dan coba meronta, tetapi kami justru makin mengganas.
Badan Lia kami dorong ke tempat tidur, dan kusuruh menungging di tepi tempat tidur dengan posisi kakinya menggantung. Doni naik ke tempat tidur dan berlutut di depannya dengan penisnya yang ke arah muka Lia. Tangan Doni selanjutnya menggenggam rambut Lia dan mengadahkan kepalnya. “Membuka mulutmu..!” perintah Doni yang selekasnya di ikuti, karena Lia telah horny sekali, dan ingin lakukan apa.
Demikian mulutnya terbuka, masuk tangkai penis Doni yang tegang itu dikit demi sedikit. Lia mulai rasakan enaknya mengemut penis Doni dengan memaju-mundurkan kepala sama sesuai pergerakan tangan Doni di rambutnya. “Mari isep dan jilat sepuasmu..!” perintah Doni kembali yang selekasnya di ikuti Lia dengan menjilat-jilati sepanjang tangkai penisnya yang divariasi mengemut kepala penisnya. Sekalian terus mengisap, Lia rasakan ada suatu hal di bawah selangkangannya. Rupanya kepala Ferry telah menengadah antara ke-2 paha Lia dengan posisi tubuhnya ada di bawah tempat tidur. Bibir dan lidah Ferry mulai berlaga dengan buasnya di vagina Lia.
Yang membuat Lia makin histeris ialah saat saya menyongsong goyangan- goyangan bokongnya yang muncul ke atas dengan menyapukan lidahku ke belahan bokong Lia dengan kadang-kadang menusukkan ujung lidahku ke lubang bokongnya. Tanganku juga tidak ingin tinggal diam, maju di depan meremas-remas buah dadanya yang menggantung. Kompletlah telah beberapa bagian sentral kepuasannya terserang mati-matian. Saya tidak sia-siakan peluang cantik ini. Kutarik kepalaku dari bokongnya, dan kugantikan dengan menusukkan penisku ke vaginanya dari belakang.
Dan untuk memudahkan pacuanku, ferry mengalihkan kepalanya dari selangkangan Lia ke bawah buah dadanya yang menggantung, dan memulai menekuni puting Lia dengan mulutnya. Bersama dengan makin pesatnya pergerakan mundur-maju penis Doni di mulut Lia, kupercepat sikatan penisku ke lubang vaginanya sekalian mencekram keras pinggulnya. Sampai juga pada erangan keras Lia di ikuti melafalkanngnya badannya pertanda capai pucuk.
Berasa hangatnya cairan di lubang vagina Lia yang di ikuti kencangnya otot-otot di sana yang menjepit penisku. Tanpa istirahat, Doni lalu mengambil penisnya dari mulut Lia, membaringkan dianya dan menarik badan mulus Lia ke atasnya, sampai tempatnya menjadi berjongkok dengan vaginanya yang pas ada di atas penis Doni yang tegak berdiri.
Tidak lama kemudian, terbenamlah penis Doni bersama dengan di turunkannya badan Lia. Erangan Lia kedengar lumayan keras rasakan nikmat, dan makin memicunya untuk percepat pompaan pada penis Doni. Dalam pada itu, Ferry yang menanti gantian ambil ide secara berdiri dari sisi Lia, dan masukkan penisnya ke dalam mulut Lia dengan putar sedikit kepalanya.
Vagina dan mulut Lia kembali berusaha keras memompa, sedangkan saya pun tidak tinggal diam menarik ke-2 tangan Lia ke belakang, lantas menjilat-jilat putting di buah dada kirinya yang terbuncang-guncang selaras turun-naiknya badannya. Ternyata Doni capai pucuknya bisa lebih cepat.
Dia menekan badannya ke atas yang disertai Lia dengan meredam ke bawah. Ferry yang tidak tahan penisnya dilumat, mengambil langsung ide dengan menggerakkan badan Lia ke samping sampai merebah di tempat tidur. Ke-2 tangan Lia direntangkan ke atas, sampai berpegangan pada ujung tiang tempat tidur, lantas ke-2 kakinya direntangkan, dan Ferry mengambil posisi antara ke-2 paha Lia.
Vagina Lia yang terbuka langsung dihujam oleh penis Ferry yang basah sisa lidah Lia. Ferry mulai menyikatkan penisnya secara halus yang membuat Lia mengeluh dan berusaha menyeimbangi dengan memutar-mutar pinggulnya.
Dalam pada itu, Doni yang ada dari sisi Ferry menolong menggairahkan Lia dengan menciumi, menjilat, dan mengulum jari-jari kaki Lia yang mulus tersebut. Bibir sensual Lia yang tetap mengeluh itu membuatku tidak kuat menyaksikannya. Saya bekerja maju dan kukangkangi mukanya, sampai penisku yang tegang ada pas di muka mulutnya. Kuangkat sedikit kepalanya dan kudorong masuk penisku.
Lia juga menyongsong dengan garang tindakanku ini. Disedot dan dikulumnya penisku dengan bibir dan lidahnya. Pacuan penis Ferry makin cepat di bawah yang membuat Lia menggeliat luar biasa. “Mmmh.. mmph.. mmmph..,” teriak Lia ketahan penisku di mulutnya bersama dengan meliuknya badan Lia ke atas. Lia sudah capai pucuknya bersama dengan Ferry. “Nantikan, saya ingin keluar..!” kataku kembali sekalian melepaskan penisku dari mulutnya dan mengocak penisku di muka bibirnya yang menyengaja dibukanya lebar. “Aaagghh..!” erangku yang bersama dengan semburan maniku ke muka dan mulut Lia.
Tidak itu saja, waktu semburanku stop, langsung dikulumnya penisku kembali dalam-dalam yang membuatku berasa nyeri tetapi sangat nikmat. Pada akhirnya kami berempat merebah menjadi satu di tempat tidur dengan hati senang yang dalam. Yang terang kami semua rasakan ‘asyiknya ramai-rame’, serupa dengan jargon iklan rokok di TV.
Comments are closed.